Emiten mengerem penerbitan obligasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan surat utang korporasi terancam stagnan. Potensi tersebut muncul setelah PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mengumumkan terdapat Rp 20 triliun emisi surat utang korporasi yang batal terbit di tahun ini.

Direktur Utama Pefindo Salyadi Saputra mengatakan, pihaknya telah menerima mandat pemeringkatan efek surat utang korporasi yang belum dicatatkan sebesar Rp 70 triliun. Namun, Rp 20 triliun di antaranya dinyatakan bakal tertunda penerbitannya. Dari jumlah tersebut, Rp 15 triliun di antaranya berupa surat utang jangka menengah alias medium term notes (MTN).

Penundaan tersebut akibat emiten yang bersangkutan memiliki peringkat kurang ideal atau bukan di kisaran idA, dan baru pertama kali menerbitkan instrumen surat utang. Ditambah lagi, Bank Indonesia (BI) terus mengerek suku bunga acuan atawa BI 7 Day Repo Rate (BI7DRR) hingga kini mencapai 5,5%.


Alhasil, beban pembiayaan bunga obligasi semakin berat. "Bagi emiten yang biasa menerbitkan surat utang dan punya peringkat bagus, tidak jadi masalah kendati pasar belum stabil," kata dia kepada Kontan.co.id, Selasa (21/8).

Dengan hasil itu, masih ada Rp 50 triliun surat utang yang berpotensi terbit. Artinya hingga akhir tahun, jumlah obligasi korporasi bisa mencapai Rp 121 triliun. Per 3 Agustus, jumlah obligasi korporasi yang sudah diterbitkan sebanyak Rp 71,71 triliun.

Kupon bersaing

Namun, Salyadi mengingatkan, jumlah emisi surat utang yang berpotensi batal terbit masih bisa berubah. "Sisa mandat Rp 50 triliun ini belum terbit di pasar dan masih dalam proses pemeringkatan," imbuh dia.

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail mengatakan, gejolak pasar memang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan yang akan menerbitkan surat utang korporasi. Arus kas perusahaan terganggu sehingga mengurangi kemampuan dalam melunasi kewajiban atas surat utang yang diterbitkannya.

Apalagi, kupon obligasi korporasi tak hanya harus bersaing dengan BI7DRR, melainkan juga yield SUN. Sebagai gambaran, yield SUN seri acuan 5 tahun kini mencapai 7,64%. Bahkan, saving bond ritel seri SBR004 bertenor 2 tahun diganjar kupon 8,05%.

Mengacu pada kondisi tersebut, Mikail menghitung, jika perusahaan punya peringkat utang seperti idAAA, maka kupon yang ditawarkan berpotensi mencapai 8,5% untuk tenor 5 tahun. Di sisi lain, jika hanya memiliki peringkat idA, maka kupon yang ditetapkan mesti di kisaran 11% untuk tenor 5 tahun agar instrumennya laku di pasar.

Melihat tantangan yang cukup berat, Mikail memperkirakan, potensi penerbitan surat utang korporasi hingga akhir tahun nanti maksimal sekitar Rp 130 triliunRp 140 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati