KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan surat utang korporasi terancam stagnan. Potensi tersebut muncul setelah PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mengumumkan terdapat Rp 20 triliun emisi surat utang korporasi yang batal terbit di tahun ini. Direktur Utama Pefindo Salyadi Saputra mengatakan, pihaknya telah menerima mandat pemeringkatan efek surat utang korporasi yang belum dicatatkan sebesar Rp 70 triliun. Namun, Rp 20 triliun di antaranya dinyatakan bakal tertunda penerbitannya. Dari jumlah tersebut, Rp 15 triliun di antaranya berupa surat utang jangka menengah alias medium term notes (MTN). Penundaan tersebut akibat emiten yang bersangkutan memiliki peringkat kurang ideal atau bukan di kisaran idA, dan baru pertama kali menerbitkan instrumen surat utang. Ditambah lagi, Bank Indonesia (BI) terus mengerek suku bunga acuan atawa BI 7 Day Repo Rate (BI7DRR) hingga kini mencapai 5,5%.
Emiten mengerem penerbitan obligasi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan surat utang korporasi terancam stagnan. Potensi tersebut muncul setelah PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mengumumkan terdapat Rp 20 triliun emisi surat utang korporasi yang batal terbit di tahun ini. Direktur Utama Pefindo Salyadi Saputra mengatakan, pihaknya telah menerima mandat pemeringkatan efek surat utang korporasi yang belum dicatatkan sebesar Rp 70 triliun. Namun, Rp 20 triliun di antaranya dinyatakan bakal tertunda penerbitannya. Dari jumlah tersebut, Rp 15 triliun di antaranya berupa surat utang jangka menengah alias medium term notes (MTN). Penundaan tersebut akibat emiten yang bersangkutan memiliki peringkat kurang ideal atau bukan di kisaran idA, dan baru pertama kali menerbitkan instrumen surat utang. Ditambah lagi, Bank Indonesia (BI) terus mengerek suku bunga acuan atawa BI 7 Day Repo Rate (BI7DRR) hingga kini mencapai 5,5%.