KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan dan laba mayoritas emiten minuman beralkohol semakin tebal di semester I-2023. Prospek bisnis minuman keras pun ditaksir masih mentereng hingga tutup tahun ini. Sebagai gambaran, dari empat emiten minuman beralkohol di Bursa Efek Indonesia (BEI), hanya PT Delta Djakarta Tbk (
DLTA) yang kinerjanya menyusut. Penjualan DLTA merosot 5,98% secara tahunan atawa
year on year (YoY) menjadi Rp 361,50 miliar pada separuh pertama 2023. Laba bersih DLTA ikut menciut 9,58% (YoY) menjadi Rp 107,04 miliar per Juni 2023.
Berbeda dari DLTA,
top line dan
bottom line PT Multi Bintang Indonesia Tbk (
MLBI), PT Jobubu Jarum Minahasa Tbk (
BEER), dan PT Hatten Bali Tbk (
WINE) kompak menanjak. MLBI meraup penjualan Rp 1,50 triliun, melesat 13,63% (YoY) sekaligus mendongkrak laba bersihnya 16,10% menjadi Rp 457,73 miliar.
Baca Juga: Persaingan Semakin Ketat, Simak Prospek Saham Sektor Ritel Sedangkan BEER membukukan penjualan bersih Rp 25,37 miliar dalam enam bulan pertama 2023, tumbuh 10,30% (YoY). Laba tahun berjalan emiten yang baru melantai pada 6 Januari 2023 ini melejit 34,37% menjadi Rp 8,64 miliar. Kinerja emiten pendatang baru lainnya, WINE, juga mentereng. Penjualan WINE melesat 71,45% menjadi Rp 110,09 miliar. Laba bersih WINE terbang lebih tinggi, melonjak 341,88% (YoY) menjadi Rp 20,68 miliar hingga Juni 2023. Direktur & Sekretaris Perusahaan Hatten Bali, Ketut Sumarwan mengungkapkan pertumbuhan kinerja WINE tak lepas dari dorongan industri pariwisata yang pulih pasca-pandemi. Ketut menggambarkan lonjakan kedatangan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali. Sepanjang semester I-2023 jumlahnya mencapai 2,37 juta orang atau meroket 533,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga: Pendapatan dan Laba Multi Bintang Indonesia (MLBI) Naik Dobel Digit di Semester I Dengan adanya katalis tersebut, Ketut optimistis hingga tutup tahun nanti WINE bisa mengamankan target pertumbuhan penjualan dan laba bersih sebesar 20% dibandingkan kinerja tahun 2022. Untuk mencapai target, WINE menyiapkan sejumlah strategi di sisa tahun ini. Di antaranya dengan melakukan penambahan produksi agar bisa memenuhi kenaikan permintaan. "Kami juga meningkatkan aktivitas pemasaran dan
branding, sehingga mampu mendukung strategi Perseroan dalam meningkatkan
brand awareness produk," kata Ketut kepada Kontan.co.id, Senin (7/8). Selain itu, WINE juga memperluas
market share melalui produk-produk baru serta mengembangkan jaringan distribusi di berbagai daerah. Ekspansi WINE selanjutnya akan menyasar sejumlah wilayah seperti Kota Lampung, Jambi, dan Banjarmasin. Research Analyst Reliance Sekuritas Ayu Dian mengamati dua faktor penting pendorong kinerja emiten minuman beralkohol.
Pertama, peralihan pandemi menjadi endemi membuat pemerintah menghentikan kebijakan PPKM. Situasi ini menjadi katalis penting industri pariwisata bisa kembali tumbuh dengan kapasitas penuh.
Kedua, jumlah hari libur dan cuti bersama di semester pertama turut mendorong mobilitas dan meningkatkan konsumsi masyarakat. Momentum ini berbarengan dengan penurunan tingkat inflasi dan daya beli masyarakat yang masih terjaga.
Baca Juga: Sektor Pariwisata Bergairah, Setoran Cukai Minuman Beralkohol Capai Rp 3,4 Triliun Analis Panin Sekuritas Andhika Audrey memproyeksikan kinerja emiten minuman beralkohol masih bisa tumbuh di semester II-2023. Pemulihan dari sektor pariwisata menjadi
proxy penting bagi pertumbuhan bisnis di segmen ini, termasuk dengan maraknya pertunjukan seperti konser musik. "Kebanyakan penjualan produk melalui penjualan
offline, maka ketika
event atau kegiatan outdoor terus berjalan, prospek minuman beralkohol masih tetap menjanjikan," kata Andhika. Analis Ekuator Swarna Sekuritas David Sutyanto sepakat, sebagai barang konsumsi yang sifatnya tersier, prospek emiten minuman beralkohol masih positif selama daya beli masyarakat meningkat. Hanya saja, sebagai pilihan investasi, perlu kembali mencermati valuasi dan momentum teknikal masing-masing sahamnya. Pasalnya, meski membukukan kinerja apik, tapi saham-saham emiten minuman beralkohol justru sedang melandai atau cenderung bergerak
sideways. Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mencontohkan pergerakan saham WINE yang saat ini sideways bahkan cenderung ada di fase downtrend.
Baca Juga: Sepanjang Tahun Ini, Delta Djakarta (DLTA) Berharap Raih Kinerja Lebih Baik Saham WINE sudah melaju kencang sejak pertama kali melantai di BEI pada 10 Januari 2023. Herditya menyarankan
wait and see dulu untuk saham-saham emiten minuman beralkohol. Namun bagi saham BEER, bisa dipertimbangkan
hold dengan
support di Rp 316 dan
resistance pada Rp 326. Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova mengamini, meski secara prospek bisnis masih menarik, tapi dari sisi teknikal pergerakan saham emiten minuman beralkohol sedang dalam fase
downtrend. "Sehingga untuk melakukan koleksi masih perlu menunggu momen
bottoming," ungkap Ivan. Ivan menilai saham DLTA dan MLBI masih layak koleksi dengan strategi
buy on weakness.
Support-resistance untuk saham DLTA ada di Rp 3.700-Rp 3.900. Sedangkan
support MLBI ada di Rp 8.400 sebagai batas
stop loss dan target harga di level Rp 9.000.
Baca Juga: Jobubu (BEER) Incar Laba Tahun 2023 Terbang 50% Ayu juga menyarankan saham MLBI dengan rekomendasi
speculative buy pada rentang
support-resistance di Rp 8.450-Rp 9.050. Sedangkan secara valuasi, David menilai saham DLTA paling menarik. DLTA punya
price to earnings ratio (PER) rendah pada kisaran 13,95 kali dan
price to book value (PBV) 3,54 kali. "Tetapi melihat kinerja DLTA yang menurun, menyebabkan harga sahamnya belum bergerak positif," kata David. Pelaku pasar pun bisa mempertimbangkan
hold saham DLTA. Sedangkan saham WINE masih layak sebagai pilihan
trading, tapi David menyarankan untuk menakar kembali valuasinya yang sudah tinggi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati