Emiten otomotif hadapi tantangan berlapis



JAKARTA. Roda bisnis otomotif melambat di awal tahun ini. Kinerja keuangan mayoritas perusahaan yang bergerak di sektor otomotif melemah sepanjang kuartal I-2015.

Pemimpin pasar otomotif Indonesia, PT Astra International Tbk (ASII), misalnya, meraih laba bersih Rp 3,99 triliun di kuartal I 2015. Jumlah itu menyusut 15,55% ketimbang laba kuartal I 2014. Kinerja PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) juga turun. Kuartal I 2015, laba bersih IMAS anjlok 80,81% dari setahun sebelumnya.

Pelemahan kondisi perekonomian Indonesia menjadi salah satu penyebab tersendatnya kinerja emiten sektor otomotif. Di awal bulan ini, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2015 hanya 4,71% atau turun 0,18% ketimbang pertumbuhan ekonomi di periode sama tahun lalu 5,21%.


Tentu saja, lesunya ekonomi membuat daya beli masyarakat melemah. Analis Reliance Securities Robertus Yanuar Hardy menilai, belum pulihnya kondisi perekonomian Indonesia menyebabkan masyarakat menahan diri membeli kendaraan baru. Volume penjualan emiten otomotif ikut menurun.

Publik masih menunggu program pemerintah pada tahun ini. "Jika masih mandek, perekonomian Indonesia tidak akan pulih. Daya beli masyarakat tentu terus melemah,” kata dia, akhir pekan lalu.

Analis Danareksa Sekuritas Helmi Kristanto dalam riset pada 28 April 2015 berpendapat, penurunan harga komoditas dan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) turut memukul daya beli konsumen, sehingga tren penjualan otomotif di kuartal pertama tahun ini menurun. “Selain itu, dampak depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS turut berpengaruh terhadap penjualan otomotif,” kata dia.

Pelemahan rupiah ikut mengerek biaya produksi. Sebab, bahan baku sektor otomotif masih mengandalkan impor. Melemahnya penjualan otomotif memang sudah tampak di dua bulan pertama tahun ini. Mengacu data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), secara total, penjualan mobil menurun 15,09% menjadi 182.933 unit selama Januari hingga Februari 2015.

Prospek saham

Bukan hanya ASII dan IMAS yang keteteran, kinerja keuangan PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) juga tersendat. Pada kuartal I 2015, MPMX membukukan laba bersih Rp 115,67 miliar, menyusut 23,78% dibandingkan laba bersih di kuartal I 2014 senilai Rp miliar.

Analis Trimegah Securities Willinoy Sitorus dalam riset pada 30 Maret 2015 menyebutkan, realisasi kinerja MPMX tak sesuai ekspektasi pasar. Hal ini dibuktikan dengan harga saham emiten tersebut yang menyusut 25% sejak awal Maret 2015.

Namun, Willinoy memproyeksikan pendapatan MPMX di sepanjang akhir tahun ini masih bisa tumbuh 7%. Analis juga melihat, prospek saham ASII masih menarik. Emiten ini masih dipercaya memiliki prospek bisnis yang positif.

Proyeksi itu disebabkan induk Grup Astra tersebut merupakan market leader di industri otomotif Tanah Air. Apalagi, ASII tetap ekspansi di tahun ini. Pada 2015, emiten ini mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 13 triliun.

ASII juga menargetkan ekspor produk Toyota tumbuh hingga 10%. Adapun target penjualan motor dan mobil ASII masing-masing sebanyak 5,3 juta unit dan 1,1 juta unit. Oleh karena itu, para analis tetap memberikan outlook positif bagi ASII.

Robertus dan Helmi merekomendasikan hold saham ASII dengan target masing-masing Rp 8.000 dan Rp 8.300 per saham. Untuk tahu ulasan selengkapya, baca Harian KONTAN, Senin (18/5).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa