JAKARTA. Kinerja emiten sektor otomotif melempem selama semester I 2015. Melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik menyebabkan rapor emiten memburuk, bahkan ada yang merah alias menderita kerugian. Misalnya, PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS), per akhir Juni 2015 mencatatkan kerugian bersih senilai Rp 69,64 miliar. Beban yang harus ditanggung tak sebanding dengan pendapatan. Di separuh pertama tahun ini, pendapatan bersih IMAS naik tipis 1,63% year-on-year (yoy) menjadi Rp 9,38 triliun. Sementara sejumlah beban meningkat. Beban penjualan menanjak dari Rp 596,99 miliar menjadi Rp 697,39 miliar. Beban umum dan administrasi pun meningkat 15% (yoy) menjadi Rp 572,19 miliar. Beban keuangan membengkak 2,36% menjadi Rp 357,62 miliar. Emiten Grup Salim ini juga membukukan beban akibat perubahan neto nilai wajar investasi tersedia untuk dijual sebesar Rp 267,07 miliar. Jumlah ini melonjak dari Juni tahun lalu, Rp 140,65 miliar. Alhasil, kerugian tidak terelakkan. Padahal di akhir Juni 2014, IMAS masih mencetak laba bersih sekitar Rp 33,13 miliar.
Emiten otomotif menginjak pedal rem
JAKARTA. Kinerja emiten sektor otomotif melempem selama semester I 2015. Melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik menyebabkan rapor emiten memburuk, bahkan ada yang merah alias menderita kerugian. Misalnya, PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS), per akhir Juni 2015 mencatatkan kerugian bersih senilai Rp 69,64 miliar. Beban yang harus ditanggung tak sebanding dengan pendapatan. Di separuh pertama tahun ini, pendapatan bersih IMAS naik tipis 1,63% year-on-year (yoy) menjadi Rp 9,38 triliun. Sementara sejumlah beban meningkat. Beban penjualan menanjak dari Rp 596,99 miliar menjadi Rp 697,39 miliar. Beban umum dan administrasi pun meningkat 15% (yoy) menjadi Rp 572,19 miliar. Beban keuangan membengkak 2,36% menjadi Rp 357,62 miliar. Emiten Grup Salim ini juga membukukan beban akibat perubahan neto nilai wajar investasi tersedia untuk dijual sebesar Rp 267,07 miliar. Jumlah ini melonjak dari Juni tahun lalu, Rp 140,65 miliar. Alhasil, kerugian tidak terelakkan. Padahal di akhir Juni 2014, IMAS masih mencetak laba bersih sekitar Rp 33,13 miliar.