KONTAN.CO.ID - Emiten sektor perunggasan
(poultry) masih menghadapi sejumlah tantangan pada tahun ini. Salah satunya terkait harga dan pasokan jagung, yang merupakan komponen penting dalam operasional bisnis
poultry. Harga jagung di Chicago Board of Trade (CBOT), Kamis (17/8), bergerak naik 0,07% menjadi US$ 366,75 per gantang. Sebelumnya, tiga hari berturut-turut, harga jagung turun hingga ke posisi US$ 364 per Rabu (16/8). Di kuartal II-2017, harga jagung lokal Rp 4.061 per kilogram, naik 24%
year-on-year (yoy). Analis NH Korindo Sekuritas Joni Wintarja mencatat, harga jagung lokal tiga bulan terakhir stabil di kisaran Rp 3.800-Rp 4.200 per kg.
Pergerakan harga jagung berpengaruh terhadap kinerja emiten
poultry, seperti PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA). Ini mengingat jagung punya andil cukup besar dalam operasional perusahaan. "Ambil JPFA sebagai contoh, 70%
operating profit itu berasal dari pakan ternak," kata dia, Rabu (16/8) lalu. Secara umum, Joni menilai, beban bahan baku jagung berkisar 40%-60%. Besar beban ini selanjutnya ditentukan oleh usia dan jenis ternak yang dikembangkan. Dari sudut makro, pakan ternak juga mengambil porsi besar. Dari seluruh produksi jagung nasional, pakan ternak mengambil porsi lebih dari 50%. "Jadi produksi jagung nasional hampir keseluruhan diserap sektor pakan ternak. Itu kan ekosistemnya panjang, jadi otomatis bagian sisi hulu harus terkoordinasi dengan baik," papar Joni. Saat ini, NH Korindo melihat salah satu tantangan emiten
poultry adalah ketersediaan jagung yang tak konstan. Mengingat Indonesia memiliki dua musim, maka emiten harus beradaptasi dan menyiapkan inventori yang baik. Analis BCA Sekuritas Johanes Prasetia dalam riset 1 Agustus lalu menyatakan, ketersediaan jagung lokal sebagai bahan baku utama bisnis pakan ternak masih penuh tantangan. Hal ini berpengaruh ke PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) maupun emiten poultry lainnya. Bisnis hilir Di sektor hilir, emiten poultry mengandalkan bisnis
day old chick (DOC) dan broiler untuk mendongkrak kinerja. Meski sempat lesu pada kuartal II-2017, analis optimistis kenaikan harga DOC dan broiler bisa menjadi pendorong kinerja emiten
poultry hingga akhir tahun ini. Pemerintah, melalui Kementerian Pertanian, pada Maret 2017 lalu telah mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 3035/Kpts/PK010/F/03/2017 tentang Pengurangan DOC FS Broiler, DOC FS Jantan Layer dan FS Ayam Layer. Keputusan ini sebagai salah satu upaya mengatasi permasalahan perunggasan, termasuk penurunan harga ayam hidup. Analis pun mulai optimistis terhadap kinerja emiten
poultry. Analis Samuel Sekuritas Indonesia Marlene Tanumihardja dalam riset 31 Juli lalu menyatakan yakin kinerja emiten
poultry akan membaik, terutama CPIN.
Salah satu faktor pendorongnya adalah harga
broiler dan DOC yang mulai merangkak naik. Marlene merekomendasikan
buy untuk CPIN dengan target Rp 3.600 per saham. Sedangkan Joni Wintarja melihat performa penjualan
broiler yang masuk dalam sektor
commercial farm masih belum optimal. "Sepanjang dua kuartal,
commercial farm masih tipis banget, 1% atau di bawah itu malah," kata dia. Namun, kenaikan harga belakangan ini bisa menjadi pengerek. Hanya saja, Joni menekankan, harga DOC dan broiler sangat fluktuatif. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati