Emiten pakan ternak tak terganggu aturan DOC



JAKARTA. Kementerian Pertanian lebih serius untuk mengontrol produksi dan distribusi day old chicken (DOC) serta boilers. Pengaturan tersebut dituangkan dalam Permentan Nomor 61 Tahun 2016 tentang penyediaan, peredaran dan pengawasan ayam ras.

Bagi emiten seperti PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) seharusnya tidak perlu khawatir dengan adanya aturan baru ini. Analis beranggapan aturan ini dapat menjaga stabilitas harga komoditas DOC serta jualan ayam broiler.

Aturan ini merupakan revisi dari Permentan nomor 26 tahun 2016 untuk menstabilkan harga kedua komoditas strategis itu. Dalam aturan itu pemerintah mewajibkan perusahaan perunggasan mengalokasikan 50% DOC untuk peternak mandiri dan koperasi. Serta pengetatan dalam distribusi dengan memberi laporan kepada Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan.


Analis Samuel Sekuritas Indonesia Marlene Tanumihardja mengatakan pihaknya memandang positif untuk aturan ini. Karena adanya unsur untuk meredam gojolak harga komoditas untuk DOC maupun ayam broiler. "Saya rasa kebijakan pemerintah tidak perlu dikhawatirkan," katanya dalam riset.

Apalagi pakan ternak menjadi salah satu sektor yang dianggap paling minim sentimen negatif pada tahun ini. Dengan outlook daya beli masyarakat yang semakin meningkat pada tahun ini. Marlene memprediksi inflasi dan Nilai tukar Rupiah masih mampi terkendali dari katalis-katalis positif yang ada.

Begitu juga dengan Analis MNC Sekuritas Yosua Zisokhi mengatakan aturan baru dari Permentan ini tidak akan berpengaruh terhadap emiten pakan ternak.

Pasalnya, sebagian emiten sudah memenuhi persyaratan baru yang ditentukan dari Kementerian Pertanian, sehingga kinerja perusahaan masih akan sesuai dengan rencana. "Yang berpengaruh hanya kepada peternak-peternak kecil yang akan kesulitan memenuhi syarat itu," katanya kepada KONTAN (16/1).

Yosua mengatakan ada tiga katalis utama yang mempengaruhi pakan ternak. Mulai dari harga bahan baku, harga jual komoditas serta fluktuasi kurs terhadap nilai utang perusahaan. Nah dengan prediksi minimnya gejolak harga komoditas seperti jagung dan gandum untuk pakan ternak. Serta lebih stabilnya harga jual DOC dan ayam broiler, pengurangan nilai utang yang dilakukan oleh JPFA akan menstabilkan bottom line perusahaan.

Yosua mencontohkan seperti pada tahun 2015 laba bersih perusahaan menurun yang disebabkan karena tertekannya utang dalam dollar akibat kurs. Sehingga dengan outlook rupiah yang masih terkontrol akibat masih rendahnya tingkat inflasi membuat dia memprediksikan laba bersih perusahaan akan tumbuh pada tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto