Emiten perbankan mendominasi bursa saham



JAKARTA. Tren bullish masih memayungi pasar saham domestik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin ditutup menguat 0,18% menjadi 5.400,10. Ini merupakan rekor terbaik IHSG sepanjang hayat Bursa Efek Indonesia.

Saham sektor perbankan menjadi penggerak utama IHSG. Sejak awal tahun hingga kemarin atau year-to-date (ytd), sebanyak empat saham bank masuk 10 besar penggerak indeks saham. Keempatnya adalah Bank Mandiri (BMRI), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Central Asia (BBCA) dan Bank BNI (BBNI).

Dari keempat saham itu, BBNI mencatatkan pertumbuhan paling tinggi, yakni 13,11% (ytd). Posisi kedua hingga keempat masing-masing adalah saham BMRI 12,06%, BBRI, 9,23% dan BBCA 7,05%. Selain saham bank, ada saham konsumer dan ritel yang ikut berkibar.


Saham itu adalah Unilever Indonesia (UNVR), Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), Matahari Department Store (LPPF) dan Matahari Putra Prima (MPPA). Sektor perbankan, konsumer dan ritel mendapatkan berkah dari kebijakan Bank Indonesia (BI).

Pada Selasa (17/2) lalu, bank sentral memangkas suku bunga acuan (BI rate) menjadi 7,5%. Kuncupnya BI rate turut mengangkat daya beli masyarakat. Ekspektasi inilah yang mendongkrak saham perbankan, konsumer dan ritel.

Analis Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, sektor yang menguat dengan pemangkasan BI rate adalah perbankan, properti dan otomotif. Sektor-sektor tersebut sensitif terhadap suku bunga. Tahun lalu, kredit perbankan tumbuh sekitar 11%.

Dengan melandainya BI rate, kredit berpotensi tumbuh lebih baik dibandingkan realisasi tahun lalu. “Penurunan BI rate ke IHSG berdampak bagus. Kita tinggal menunggu perekonomian yang akan juga bagus karena ini,” ucap Hans.

Mengacu data Bloomberg, konsensus analis menempatkan empat saham bank dalam kondisi bullish. Ambil contoh, sebanyak 20 dari 32 analis (62,5%) merekomendasikan buy saham BMRI.

Bahkan untuk BBRI, sebanyak 26 dari 35 analis (74,3%) memasang posisi buy. Sedangkan untuk saham BBCA, mayoritas analis, yakni 18 dari 33 analis (54,5%) merekomendasikan hold saham tersebut. Hanya 10 analis atau setara 30,3% dari 33 analis yang memasang rekomendasi buy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto