Emiten pilih menerbitkan utang jangka menengah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten menerbitkan surat utang berjenis medium term note (MTN). Surat utang berjangka waktu menengah ini mulai dilirik sebagai strategi pembiayaan emiten.

Rata-rata emiten menggunakan dana MTN untuk refinancing utang. Hal ini wajar, karena beban bunga emiten menjadi lebih rendah saat ini. Selain refinancing utang, emiten juga menggunakan dana MTN untuk modal kerja dan belanja modal.

Salah satu emiten yang merilis MTN adalah Indah Kiat Pulp and Paper (INKP). Emiten ini menerbitkan Medium Term Notes Indah Kiat Pulp & Paper VI tahun 2018. Seri A MTN itu senilai Rp 900 miliar dan bunga tetap 10,15% dengan tenor dua tahun. Adapun Seri B senilai Rp 200 miliar dan kupon 10,25% bertenor tiga tahun.


 INKP juga meluncurkan MTN bertajuk MTN Indah Kiat Pulp & Paper VII tahun 2018 sebesar Rp 600 miliar. Tenornya selama tiga tahun.

Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia Bertoni Rio menilai, MTN biasanya digunakan untuk pendanaan jangka menengah dalam kurun 1-5 tahun. Penerbitan MTN ini memiliki kupon dan ongkos lebih ringan. Emiten juga bisa langsung menunjuk arranger untuk merilis MTN dengan fee negotiable. "Sementara penerbitan obligasi butuh empat bulan, pinjaman bank juga bisa lebih lama," jelas dia kepada KONTAN, Jumat (20/4) lalu.

Momentum suku bunga acuan rendah saat ini menjadi waktu yang pas. Kenaikan rating oleh Moody’s Investors Service mengindikasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan meningkatkan peluang emiten membayar bunga.

Kepala Riset Koneksi Kapital Sekuritas Alfred Nainggolan tak memungkiri tren suku bunga rendah menarik emiten menerbitkan MTN. Hal ini juga tampak dari penurunan pinjaman korporasi pada perbankan, namun penerbitan surat utang justru naik. "Orang bisa memastikan bottom line suku bunga Indonesia ada di level ini. Ke depan juga akan ada tren kenaikan suku bunga The Fed. Dalam kondisi sekarang adalah momentum bagus untuk menerbitkan surat utang," kata Alfred.

Selain itu, MTN dinilai lebih fleksibel. Dari sisi penerimaan, investor cenderung nyaman dengan tenor pendek. Ini karena adanya ketidakpastian ke depan. Seperti kebijakan The Fed. Tenor jangka pendek cenderung diminati. "Kalau tenor panjang, kunciannya jadi cukup panjang. Sehingga ini membuat MTN diminati," tambah Alfred.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati