KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten perunggasan (
poultry) berpeluang memipil keuntungan dari penurunan harga jagung dan kedelai. Penurunan harga dua komoditas itu berpotensi memangkas beban bahan baku emiten
poultry. Produksi jagung di Indiana, Amerika Serikat (AS) tahun ini diprediksikan terus naikdan membuat harga jagung tertekan. Hal yang sama juga terjadi pada kedelai, lantaran stok kedelai AS dan Argentina masih tinggi di tahun ini. Harga jagung petani lokal saat ini juga jatuh Rp 2.200 per kilogram. Penurunan harga jagung dan kedelai akan menguntungkan emiten
poultry, karena dua komoditas tersebut digunakan sebagai bahan baku pakan ternak.
PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dan PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) akan merasakan untung dari penurunan harga jagung dan kedelai. "Kontribusi pendapatan dari bisnis pakan ternak terhadap ketiga emiten itu cukup besar," ujar Adeline Solaiman, analis Danareksa Sekuritas, kepada Kontan.co.id, Selasa (6/2). Merujuk pada laporan keuangan kuartal III-2017, kontribusi bisnis pakan ternak pada pendapatan CPIN mencapai 49,33%. Sedang di JPFA kontribusi bisnis pakan ternak mencapai 37,58% dan bagi MAIN, bisnis ini menyumbang 66,08% dari total pendapatan. Analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar mengatakan, beban bahan baku memang jadi salah satu komponen yang paling besar dalam beban pokok penjualan atau
cost of goods sold (COGS). Beban bahan baku CPIN berkontribusi 54,29% dari total COGS. Beban ini bahkan mencapai 88,90% dari total COGS JPFA. Sementara itu, beban bahan baku MAIN mencapai 79,12% dari total COGS. Di antara ketiga emiten tersebut, William melihat CPIN jadi emiten yang paling diuntungkan dari penurunan harga jagung dan kedelai. Sebab, CPIN punya penetrasi penjualan pakan ternak yang lebih besar dibanding dua emiten
poultry lainnya. Harga ayam Adeline mengatakan, emiten
poultry juga kebanjiran sentimen positif lainnya. Salah satunya harga jual ayam broiler yang diprediksi naik 1%-2% dibanding tahun lalu. Selain itu, ada potensi meningkatnya daya beli masyarakat di tahun ini, karena adanya Pilkada serentak dan perhelatan Asian Games. William menilai, sentimen tersebut akan meningkatkan konsumsi ayam. Larangan impor jagung yang dibuat pemerintah juga tak menjadi sentimen negatif bagi emiten
poultry. Pelarangan ini justru membuat CPIN, JPFA dan MAIN menghemat biaya, karena tak harus membayar pajak impor. Namun, Adeline melihat masih akan ada fluktuasi harga penjualan ayam serta harga komoditas jagung dan kedelai. Sehingga, emiten
poultry harus tetap waspada.
Meskipun saham CPIN dan MAIN sama-sama menarik, Adeline merekomendasikan netral bagi kedua saham ini. Sebab, valuasi harga CPIN sudah cukup tinggi. Sementara MAIN dianggap punya skala ekonomi yang kecil dibanding dua pesaingnya. Tapi Adeline merekomendasikan buy saham JPFA, dengan target harga Rp 1.650 per saham. Sementara William memberi rekomendasi
buy saham CPIN, dengan target harga Rp 4.500 per saham. Pada penutupan perdagangan kemarin, saham CPIN melemah 2,46% ke Rp 3.700. Harga saham JPFA juga melemah 4,17% ke Rp 1.495. Lalu harga MAIN turun 4,93% menjadi Rp 675 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati