KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Barito Renewables Energy Tbk (
BREN) menyiapkan belanja modal atawa
capital expenditure (capex) sekitar US$ 160 juta pada tahun 2024. Jika dikonversi dengan asumsi kurs saat ini Rp 16.080 per dolar Amerika Serikat, capex BREN setara dengan Rp 2,57 triliun. Merly, Direktur Barito Renewables Energy mengungkapkan, hingga kuartal I-2024, realisasi capex BREN masih sekitar US$ 13 juta. Jumlah itu baru mencapai 8,12% dari anggaran capex tahun ini. Dana tersebut dialokasikan untuk persiapan aktivitas pengeboran (drilling) di aset BREN, seperti di aset panas bumi Darajat. BREN baru akan intensif mengucurkan capex pada kuartal berikutnya. "(capex US$ 160 juta) bagian dari rangkaian aktivitas pengembangan perusahaan.
Spending tersebut akan terjadi bertahap mulai kuartal II-kuartal IV 2024," kata Merly dalam paparan publik insidentil yang digelar secara virtual, Senin (13/5).
Presiden Direktur Barito Renewables Energy Hendra Soetjipto Tan menambahkan, BREN juga mengalokasikan capex untuk perawatan berkala dan belanja rutin, terutama untuk pengeboran sumur supaya tingkat ketersediaan uap pada pembangkit listrik panas bumi (geothermal) bisa terjaga. "Supaya kami bisa menjalankan
power plant secara maksimum," kata Hendra. Secara bersamaan, BREN sedang mengembangkan aset geothermal untuk mengejar tambahan kapasitas sebanyak 116 Megawatt (MW). Sembari menunggu perizinan, BREN melakukan negosiasi dengan kontraktor untuk menggarap proyek-proyek tersebut.
Baca Juga: Bos Barito (BREN) Buka Suara Soal Lonjakan Harga Saham Hingga Jadi Top Market Cap Strategi Ekspansi BREN
Asal tahu saja, BREN saat ini mengoperasikan pembangkit listrik geothermal dengan kapasitas 886 MW. Bersumber dari tiga aset, yakni Salak, Wayang Windu dan Darajat. BREN ingin menambah kapasitas 116 MW dari ketiga aset tersebut. BREN pun mengembangkan sejumlah proyek. Salah satunya Salak Binary berkapasitas 15 MW yang sudah selesai dibangun. Salak Binary sedang dalam proses koneksi dengan jaringan listrik PLN, yang ditargetkan bisa tersambung pada kuartal III-2024. Selain itu, BREN juga mengembangkan Salak Unit 7 dan Wayang Windu unit 3. "Ini bagian dari yang 116 MW, untuk kami kembangkan dalam dua atau tiga tahun ke depan di Darajat, Salak dan Wayang Windu," ungkap Hendra. Selain ketiga aset tersebut, BREN bakal menggarap aset geothermal Hamiding dan Sekincau Selatan, dengan potensi kapasitas masing-masing sebesar 500 MW. Artinya, BREN memiliki potensi pengembangan area baru 1.000 MW. Jika semua aset digabung, maka total potensi kapasitas geothermal BREN mencapai 2.002 MW.
Baca Juga: Berkat Akuisisi Aset Shell di Singapura, Kinerja Chandra Asri (TPIA) Bakal Terkerek Selain geothermal, anak usaha PT Barito Pacific Tbk (
BRPT) milik konglomerat Prajogo Pangestu ini getol merambah pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) atau angin. BREN telah mengakuisisi sejumlah aset listrik tenaga angin yakni di Sidrap, Sukabumi dan Lombok. PLTB Sidrap 1 sudah beroperasi sebesar 78 MW.
BREN turut mengejar pengembangan area baru dengan potensi 318 MW yang bersumber dari proyek Sidrap 2, Sukabumi dan Lombok. Sehingga secara total potensi kapasitas PLTB BREN akan mencapai 396 MW. Hendra mengatakan, BREN membuka peluang menjajaki ekspansi ke pembangkit EBT lainnya, terutama tenaga air dan surya. BREN juga mencari peluang akuisisi terhadap aset EBT baik di dalam maupun luar negeri. BREN mempertimbangkan tiga kriteria dalam rencana akuisisi. Yakni jenis aset yang akan diakuisisi, negara yang akan dituju, dan tingkat kelayakan ekonomi yang bisa diterima "Selain mengembangkan aset yang sudah ada di portofolio, kami terus berupaya mencari aset-aset bagus dan layak secara ekonomi di Indonesia maupun luar negeri," tegas Hendra. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati