Emiten Prajogo Pangestu (BREN & TPIA) Masuk Indeks Global, Simak Rekomendasi Sahamnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Angin segar terasa masih bertiup untuk barisan saham milik taipan Prajogo Pangestu. Sentimen terbaru di bulan Mei ini datang untuk dua saham Grup Barito yang masuk ke dalam indeks internasional, yakni Morgan Stanley Capital International (MSCI) dan FTSE Global Equity Index.

Paling anyar, FTSE Russell mengumumkan evaluasi kuartalan indeks yang memasukkan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) ke dalam FTSE Global Equity Index kategori Large Cap. Periode konstituen akan berlaku setelah penutupan perdagangan 21 Juni 2024 atau efektif mulai Senin, 24 Juni 2024.

Sebelumnya pada pertengahan Mei, saudara sekandung BREN yakni PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) masuk ke dalam MSCI Global Standard Indexes. Periode konstituen ini berlaku pada penutupan 31 Mei 2024 atau efektif mulai perdagangan 1 Juni 2024.


Corporate Secretary & Direktur Barito Renewables Energy, Merly menilai masuknya BREN ke dalam FTSE Global Equity Index merupakan apresiasi terhadap langkah-langkah ekspansif yang telah dilakukan. Di antaranya akuisisi terhadap pembangkit tenaga angin yang merupakan diversifikasi dari portofolio panas bumi BREN.

Baca Juga: Menjelang Cum Date Dividen, Investor Bisa Cermati Barisan Saham Berikut Ini

"Kami menyambut baik masuknya BREN dalam FTSE Global Equity Index. Hal ini merupakan bentuk dari kepercayaan pasar terhadap strategi bisnis jangka panjang di mana kami siap mendukung transisi energi menuju net zero," ungkap Merly dalam rilis yang diterima Kontan.co.id, Minggu (26/5).

Chief Financial Officer Chandra Asri, Andre Khor, sebelumnya menyatakan masuknya TPIA ke dalam Indeks Standar Global MSCI diharapkan dapat meningkatkan visibilitas perusahaan kepada sejumlah investor institusional secara global serta menghasilkan likuiditas yang lebih besar dan berpotensi mengurangi biaya modal.

"Hal ini juga memvalidasi status Chandra Asri sebagai entitas terkemuka dalam industri kimia dan infrastruktur. Bagi investor, penambahan ini memberikan afirmasi terhadap posisi pasar dan praktik tata kelola yang solid dari Chandra Asri Group," ujar Andre dalam keterangan tertulis Kamis (16/5) lalu.

Sekadar mengingatkan, BREN dan TPIA merupakan anak usaha dari PT Barito Pacific Tbk (BRPT). Merujuk RTI Business, BRPT menjadi pemegang saham pengendali di BREN dan TPIA, dimana BRPT menguasai 64,66% saham BREN dan menggenggam 34,63% saham TPIA.

Sedangkan pemilik dan pengendali BRPT adalah konglomerat terkaya ke-23 di dunia versi Forbes, Prajogo Pangestu. Taipan yang memiliki harta US$ 72,9 miliar itu menguasai 71,19% saham BRPT, sekaligus mengantongi 5,06% secara langsung saham TPIA.

Hingga penutupan perdagangan pekan lalu, Rabu (22/5) BREN dan TPIA masih kokoh di posisi tiga besar saham dengan kapitalisasi pasar (market cap) terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI). BREN memiliki market cap Rp 1.505 triliun, sementara market cap TPIA mencapai Rp 785 triliun.

Pengamat & praktisi pasar modal Riska Afriani menilai secara umum saham-saham yang masuk dalam rebalancing indeks MSCI maupun FTSE sesuai ekspektasi. Riska menyoroti TPIA yang dalam tiga bulan terakhir banyak diburu oleh investor, termasuk investor asing.

Hal itu membuat TPIA memiliki likuiditas atau perdagangan yang aktif serta kapitalisasi pasar yang tinggi. Begitu juga BREN yang masuk indeks FTSE Large Cap dengan melihat kapitalisasi pasar tertimbang (market cap weighted). 

 
BREN Chart by TradingView

Baca Juga: Kinerja Positif ACES Diyakini Terus Berlanjut, Begini Rekomendasi Sahamnya

"Hal yang wajar mengingat kapitalisasi BREN saat ini," kata Riska kepada Kontan.co.id, Minggu (26/5).

Berkaca dari rebalancing MSCI dan FTSE Russell tahun 2023 lalu, analis Stocknow.id Abdul Haq Alfaruqy mencatat hampir 90% saham-saham yang masuk ke dalam indeks tersebut mengalami kenaikan harga. Terdorong oleh respons positif pelaku pasar mengantisipasi potensi aliran (inflow) dari investor asing.

Hanya saja, Abdul Haq mengingatkan kenaikan harga itu tidak berlangsung jangka panjang. Bahkan dalam beberapa kasus cenderung bersifat spekulatif dan euforia sesaat dari pelaku pasar. Setelah sentimen mereda, tren harga saham kembali pada fundamental atau prospek kinerja masing-masing emiten.

"Tetapi masuknya saham ke dalam Indeks MSCI dan FTSE Russel merupakan katalis positif, sehingga para investor dapat memadukan analisa fundamental dan juga foreign flow untuk memilih saham pilihan selama masih di dalam kontituen indeks," terang Abdul Haq.

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih menambahkan, secara historis rebalancing indeks berpotensi menarik inflow investor asing yang turut mengangkat pergerakan harganya. Untuk rebalancing MSCI yang diumumkan pada pertengahan bulan Mei, Ratih melihat pelaku pasar telah merespons sehingga harga sahamnya sudah priced in.

Editor: Tendi Mahadi