KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jajaran penggawa yang bakal mengisi kursi kementerian dan badan pemerintahan pada masa pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sudah terlihat jelas. Deretan sosok yang dipanggil ke kediaman Prabowo di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan turut menjadi perhatian pelaku pasar. Pasalnya, tokoh-tokoh itu lah yang bakal menentukan arah kebijakan Indonesia lima tahun ke depan. Jika dicermati pemerintahan Prabowo-Gibran lebih menerapkan kebijakan yang populis dengan mengutamakan program penguatan Sumber Daya Manusia (SDM), seperti makanan bergizi, kesehatan dan pendidikan.
Kemudian di sektor properti, Prabowo-Gibran juga punya program tiga juga rumah. Apalagi yang terbaru, muncul wacana di era pemerintah baru ini, Prabowo ingin menghapus pajak properti. Tentunya kebijakan pemerintah ini bakal mempengaruhi emiten yang berkaitan. Budi Frensidy, Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia mengatakan katalis dari kebijakan pemerintah baru hanya berlaku jangka pendek dan menengah.
Baca Juga: Tim Ekonomi Prabowo Diharapkan Mampu Jembatani Kesenjangan Keuangan di Indonesia "Kemungkinan emiten importir daging sapi, perusahaan perunggasan atau
poultry dan susu akan diuntungkan dari kebijakan pemerintah baru ini," ucapnya saat dihubungi Kontan, Selasa (15/10). Salah satu emiten importir daging sapi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), ialah
BEEF. Kemudian di segmen unggas ada
CPIN,
JPFA,
MAIN,
SPID, dan
WMMU. Di sektor susu ada
ROTI,
CMYR,
ULTJ dan
ICBP. Budi mengatakan kelanjutan dan ketahanan pada masing-masing, program masih belum diketahui sehingga efeknya terhadap emiten yang bersangkutan masih terbatas hanya hingga jangka menengah. Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan sebenarnya pergerakan saham properti sudah mencerminkan adanya sentimen positif dari adanya penerapan PPN DTP. "Pergerakan saham properti juga tersengat dengan adanya penghapusan PPN 11% dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) 5% walaupun kinerja emitennya relatif lesu," kata dia.
Pasalnya, emiten properti masih dihantui oleh sentimen negatif lainnya. Pertama, masih tingginya tren suku bunga acuan. Kedua, masih rendahnya daya beli masyarakat terutama di sektor properti. Adapun dari deretan saham yang ada di sektor properti, saham pilihan Nafan jatuh pada
CTRA dengan rekomendasi
add dengan target harga di Rp 1.485. Kemudian
Buy on Weakness BSDE dengan target di Rp 1.340. Nafan juga mempertahankan rekomendasi beli atas saham
SMRA dengan target harga di Rp 730. Hingga akhir perdagangan Selasa (15/10), SMRA parkir di level Rp 705, BSDE di Rp 1.280 dan CTRA di Rp 1.365. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari