Emiten properti & bank masih oke untuk dilirik!



JAKARTA. Sektor properti dan perbankan sering dianggap sektor yang kurang menarik di bursa saham tahun ini. Hal ini cukup beralasan, sebab Bank Indonesia (BI rate) diproyeksikan masih bisa menaikkan tingkat suku bunga alias BI rate.

Sebagaimana diketahui, perbankan dan properti merupakan sektor yang terpengaruh langsung dari kenaikan BI rate tersebut. Namun begitu, tak seluruh pelaku pasar pesimistis melihat kedua sektor ini.

Seperti yang disampaikan Fauzi Ichsan, ekonom Standard Chartered Bank kepada KONTAN, Kamis (6/6). Fauzi bilang, sektor konstruksi, properti, dan perbankan justru menjadi pilihan favorit bagi dirinya untuk bermain saham.


"Sektor properti memang cukup turun banyak. Namun, perlahan bakal kembali rebound, karena suku bunga tak akan naik banyak," ujarnya. Fauzi yakin, bank sentral akan kembali menaikkan suku bunganya sebesar 50 basis poin untuk tahun ini, dimana sebesar 25 basis poin dinaikkan di triwulan kedua dan 25 basis poin di triwulan ketiga.

Potensi kenaikan itu dilakukan menjelang risiko pemilu dan suku bunga jangka pendek dari bank sentral Amerika Serikat yang belum jua naik. Walaupun ada proyeksi kenaikan BI rate oleh BI nantinya, akan tetapi Fauzi yakin hal itu tak berpengaruh besar bagi pertumbuhan sektor properti atau perbankan. "Untuk perbankan, margin perbankan Indonesia masih besar, sekitar 5%," tambahnya.

Tak hanya sektor properti dan perbankan, Fauzi juga mengunggulkan sektor konstruksi untuk berinvestasi di saham. Apalagi ia melihat, harga saham emiten-emiten konstruksi naik begitu signifikan akhir-akhir ini.

"Empat bulan terakhir ini hujan deras, banyak banjir dan bencana. Sehingga banyak infrastruktur atau jalan yang rusak, otomatis perusahaan konstruksi akan mendapatkan proyek maintenance di luar proyek capex (belanja modal)," jelasnya.

Kamis (6/3) kemarin, IHSG ditutup menghijau 0,32% di level 4.674,26. Adapun, sektor properti mencetak kenaikan tertinggi 1,4% menjadi 405,65 poin, Sementara infrastruktur turun 0,15% menjadi 994,37.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri