Emiten properti menggenjot pendapatan berulang, ini saham-saham pilihan analis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten-emiten properti terus menggenjot pertumbuhan pendapatan dari recurring revenue alias pendapatan berulang pada tahun ini. PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) memproyeksi kontribusi recurring revenue akan mencapai 52% hingga akhir 2019. Per 2018, kontribusi pendapatan ini adalah sebesar 49% dari total pendapatan PWON Rp 7,08 triliun.

Direktur Pengembangan Bisnis PWON Wong Boon Siew Ivy mengatakan, pendapatan pengembangan properti alias development agak stagnan tapi dari pendapatan berulang akan naik. "Awalnya kami berharap kontribusinya imbang yakni 50%:50% tapi sepertinya dari recurring bisa 52% setelah melihat capaian kuartal I-2019," kata dia, Selasa (25/6).

Kenaikan target kontribusi recurring revenue tersebut didorong oleh proyek baru PWON yang akan mulai beroperasi tahun ini. Pertama adalah Pakuwon Mall fase 4 yang akan mulai beroperasi pada kuartal III-2019. Pusat perbelanjaan ini memiliki mal retail yang dapat disewakan seluas 7.000 meter persegi-10.000 meter persegi.


Yang kedua adalah beroperasinya dua hotel di Pakuwon Mall, Surabaya pada semester II-2019. Kedua hotel tersebut bernama Four Points dan The Westin dengan jumlah kamar mencapai 520 unit. "Kami juga ada dua gedung kantor yang beroperasi di Jakarta dan Surabaya. Ini juga akan menambahkan recurring revenue," kata Ivy.

Sebagai gambaran, per kuartal I-2019, recurring revenue menyumbang 52% dari pendapatan total PWON yang sebesar Rp 1,71 triliun. Ivy mengatakan, kenaikan pendapatan berulang ini didorong oleh penyewaan mal retail dari Pakuwon Mall di Surabaya serta Kota Kasablanka dan Gandaria City di Jakarta.

Berdasarkan materi paparan publik PWON, per kuartal I-2019, penyewaan mal retail berkontribusi paling besar terhadap pendapatan berulang, yakni 39,6%. Disusul oleh hotel dan layanan apartemen 8,2%, serta sewa kantor 4%.

Bernada serupa, PT Intiland Development Tbk (DILD) menargetkan kontribusi pendapatan berulang tahun ini menjadi 25%. Adapun sepanjang tahun lalu, pendapatan ini berkontribusi 23% atau setara Rp 596 miliar dari total pendapatan Rp 2,6 triliun. Sementara sisanya berasal dari penjualan proyek.

Berdasarkan catatan Kontan.co.id, Sekretaris Perusahaan DILD Theresia Rustandi mengatakan, peningkatan kontribusi pendapatan recurring tersebut seiring dengan selesainya pembangunan sejumlah proyek. Sebut saja pengembangan mixed use seperti Praxis dan Spazio Tower di Surabaya.

Tak mau kalah, PT Cowell Development Tbk (COWL) juga berharap pada pendapatan berulang. Tahun ini, COWL menargetkan pendapatan berulang dapat berkontribusi sebesar 40%-50% dari total pendapatan. Per 2018, recurring revenue COWL masih mencakup 38,6% dari total pendapatan COWL yang mencapai Rp 418,17 miliar.

Presiden Direktur COWL Darwin Fernandus Manurung, pihaknya memfokuskan peningkatan recurring revenue karena lebih berkelanjutan dan stabil. COWL akan mengandalkan pendapatan berulang dari pusat perbelanjaan Plaza Atrium dan gedung perkantoran Cowell Tower.

Per kuartal I-2019, Plaza Atrium Senen membukukan kenaikan pendapatan transaksi sebesar 9,2%. Pada periode tersebut, pusat perbelanjaan ini mencatatkan okupansi 94,19%. Perusahaan ini juga optimistis Cowell Tower dapat meningkatkan pendapatan berulang COWL. Alasannya, di dalam Cowell Tower ada ruang kantor dan ruang kerja bersama bernama CoHive yang banyak dilirik perusahaan rintisan.

Dengan berkembangnya perusahaan rintisan, COWL yakin okupansi gedung perkantorannya dapat terus ditingkatkan. “Kami harapkan mereka juga ke depannya bakal menyewa toko-toko di Plaza Atrium Senen,” kata Direktur COWL Firdaus Fahmi, Jumat (28/6). Per kuartal I-2019, okupansi Cowell Tower mencapai 67,32% .

Menurut Analis MNC Sekuritas Muhamad Rudy Setiawan, para emiten properti memang melakukan diversifikasi bisnis sebagai upaya untuk meningkatkan persentase recurring revenue. Per kuartal I-2019, pendapatan berulang PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) mencapai 47,81% dan PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) 44,78%.

Selain itu, meskipun tidak memberikan kontribusi yang signifikan, Rudy melihat pertumbuhan pendapatan berulang secara signifikan pada PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) yang naik 91,94% secara year on year (yoy) dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA) 7,95% yoy per kuartal I-2019.

Menurut dia, langkah tersebut adalah upaya emiten properti memanfaatkan peluang dari gaya hidup masyarakat perkotaan. Menurut penelitian Mars Indonesia tahun 2017, sebanyak 71,5% orang di lima kota, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Medan melakukan kunjungan ke mal sebulan sekali dengan tujuan utama untuk makan di luar rumah.

“Dengan demikian kami percaya bahwa tingkat sewa mal akan dipertahankan, terutama di penyewa retail F&B,” kata Rudy dalam riset tanggal 23 Mei 2019. Sementara itu, pertumbuhan sewa kantor akan terdorong dengan adanya pertumbuhan besar-besaran di perusahaan rintisan. Saat ini, dia merekomendasikan investor untuk buy saham saham BSDE dan CTRA, serta hold saham ASRI, DMAS, PWON, dan SMRA.

Ia memiliki target harga jangka panjang untuk BSDE Rp 1.610, CTRA Rp 1.310, ASRI Rp 348, DMAS Rp 250, PWON Rp 720, dan SMRA Rp 1.100.

Per perdagangan Senin (1/7), harga saham BSDE adalah Rp 1.535, CTRA 1.165, ASRI Rp 342, DMAS Rp 278, PWON Rp 745, SMRA Rp 1.220.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati