Emiten Ramai Ekspansi dan Dirikan Anak Usaha, Simak Rekomendasi Sahamnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki semester II-2024, emiten ramai menggelar aksi korporasi melalui anak perusahaan. Langkah ini dijalankan melalui akuisisi, pendirian anak usaha baru, hingga pembentukan usaha patungan alias Joint Venture (JV).

Terbaru, PT Bukaka Teknik Utama Tbk (BUKK) bersama dengan PT Bangun Daya Utama membentuk dua usaha patungan pada 12 Agustus 2024. Dua JV tersebut adalah PT Pembangkit Energi Terbarukan (PET) dan PT Mandiri Energi Terbarukan (MET).

"PET dan MET diharapkan akan memberikan dampak positif berupa potensi tambahan pendapatan dan laba serta kemampuan Perseroan dalam menjalankan bisnis pembangkitan tenaga listrik energi baru terbarukan," ungkap Direktur Utama Bukaka Teknik Utama, Irsal Kamarudin dalam keterbukaan informasi, Selasa (13/8).


PT Indika Energy Tbk (INDY) juga kembali membuat entitas usaha baru untuk memperkuat diversifikasi bisnis non-batubara. Anak usaha INDY mendirikan PT Kalista Biru Nusantara, yang bergerak di bidang penyewaan dan sewa guna usaha tanpa hak opsi (operational leasing) alat transportasi darat bukan kendaraan bermotor roda empat atau lebih. 

PT Soechi Lines Tbk (SOCI) menggelar ekspansi dengan mendirikan dua anak usaha bidang pelayaran di luar negeri. SOCI mendirikan Glory Shipping Maritime Pte. Ltd. yang berlokasi di Singapura, serta Global Ocean Lines Ltd. yang berkedudukan di Marshall Islands.

Baca Juga: Kinerja United Tractors (UNTR) Diperkirakan Pulih di Semester II-2024

Dari Grup Sinar Mas, ekspansi lewat anak usaha dilakukan oleh PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA). Aksi ini dilakukan melalui PT SMPlus Sentra Data dan PT SMPlus Digital Investama yang mengakuisisi PT Teknovatus Solusi Sejahtera.

Selain itu, DSSA melalui PT SMPlus Digital Investama bersama LG CNS Co. Ltd. mendirikan JV bernama PT LG Sinarmas Technology Solutions untuk pengembangan bisnis teknologi digital. Pembentukan JV juga dilakukan oleh PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).

KLBF lewat anak usahanya PT Global Chemindo Megatrading bersama dengan Lian SGP Holding Pte. Ltd. mendirikan PT Livzon Pharma Indonesia. Perusahaan ini bergerak di bidang industri bahan farmasi aktif, dengan investasi awal sebesar Rp 650 miliar.

Emiten yang berganti pengendali, PT Green Power Group Tbk (LABA) aktif mendirikan anak usaha baru untuk mendukung transisi bisnisnya. Pada 5 Juli lalu, LABA telah mendirikan dua anak usaha, yakni PT Green Power Battery (GPB) dan PT Sustainable Energy Development Trading (SEDT).

LABA berencana untuk mendirikan tiga anak perusahaan lain guna mengakomodasi rencana bisnisnya. Ke depan, LABA akan menjalankan usaha produksi baterai litium, penyewaan baterai, pembangunan jaringan stasiun penukaran baterai dan pengoperasian stasiun tenaga surya.

PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) juga getol menggunakan anak usahanya, yakni Grup PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA) untuk menggelar ekspansi. Melalui entitas BUMA International, DOID telah mengakuisisi Atlantic Carbon Group, Inc., perusahaan tambang antrasit di Amerika Serikat (AS).

Berikutnya, DOID melalui Grup BUMA membeli 5,07% saham 29Metals Ltd., produsen tembaga dan logam mulia lainnya asal Australia. Selain ekspansi, DOID juga mendirikan PT Katalis Investama Mandiri sebagai sub-holding untuk menunjang strategi jangka panjang di bidang tata kelola Environmental, Social and Governance (ESG).

Baca Juga: Kontrak Petrosea (PTRO), Singaraja (SINI) Bidik Produksi Batubara di Tahun Ini

Senior Research Analyst Lotus Andalan Sekuritas Fath Aliansyah mengamati aksi emiten melalui anak usaha ini lebih ditujukan untuk strategi jangka panjang. Sebagai pendongkrak pendapatan maupun untuk mendorong efisiensi bisnis grup emiten tersebut.

"Jadi imbasnya mungkin tidak langsung terasa dalam waktu dekat. Kecuali anak perusahaan tersebut dipersiapkan untuk melakukan aksi korporasi," kata Fath kepada Kontan.co.id, Selasa (13/8).

Direktur Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada sepakat, aksi anak usaha ini dilakukan untuk memperluas portofolio bisnis dan menunjang prospek kinerja perusahaan induk. Namun, perlu waktu untuk mengukur seberapa signifikan bisa memberi kontribusi pada kinerja keuangan emiten.

Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto memberikan catatan, seringkali emiten yang baru menggelar ekspansi akan terlebih dulu mengalami penurunan kinerja. "Itu wajar saja karena ada biaya tambahan pada saat ekspansi. Tapi sentimen (ekspansi) ini adalah positif," ungkap William.

Rekomendasi Saham

Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menyoroti emiten tambang, terutama batubara yang rajin menggelar aksi korporasi melalui anak usahanya. Langkah ini dilakukan sebagai strategi diversifikasi, meningkatkan porsi pendapatan dari bisnis non-batubara dan meminimalkan emisi karbon.

Di sisi lain, Audi memandang semester II-2024 bisa menjadi momentum yang menarik bagi emiten untuk menggelar ekspansi. Katalis pendorongnya adalah potensi pelonggaran kebijakan moneter yang bisa berdampak pada penurunan cost of fund.

Katalis lainnya adalah stabilitas ekonomi dalam negeri dan posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sebagai pilihan investasi, Audi menilai saham KLBF, DOID dan INDY layak koleksi.

Audi menyarankan hold saham KLBF, trading buy DOID untuk target harga Rp 815 dan speculative buy INDY dengan target harga Rp 1.620. Reza punya rekomendasi serupa dengan melirik saham KLBF, INDY dan DOID, yang memiliki likuiditas cukup tinggi.

 
DOID Chart by TradingView

Sedangkan William merekomendasikan INDY, LABA, SOCI, KLBF dan DOID. Target harga masing-masing berada di level Rp 1.600, Rp 320, Rp 200, Rp 1.750 dan Rp 900 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari