KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peningkatan konsumsi rumah tangga seiring bertumbuhnya ekonomi Indonesia merupakan momentum yang dinanti-nantikan emiten sektor ritel perkakas rumah tangga pada tahun ini. Inovasi dan perluasan pangsa pasar pun menjadi strategi untuk menyambut peluang. Meski begitu, ada sejumlah tantangan yang masih membayangi sektor ini. Pertama, tantangan dari nilai tukar rupiah. Besarnya pasokan barang impor pada sektor ini membuat volatilitas rupiah bisa menjadi ancaman. Sejak awal Februari, rupiah terus terdepresiasi hingga nyaris menyentuh level 13.700 per dollar AS. Sentimen utama berasal dari hampir pastinya kenaikan suku Bungan acuan The Fed pada Maret mendatang. Analis Danareksa Adeline Solaiman, menilai, kondisi nilai tukar rupiah yang terdepresiasi akan menjadi sentimen negatif bagi kinerja emiten-emiten penjual perkakas rumah tangga, terutama peralatan elektronik."Kalau rupiah lemah terhadap dollar AS dan yuan China, average selling price atawa harga jual rata-rata barang bisa jadi lebih mahal. Akibatnya, permintaan pasti akan menurun," katanya, Jumat (23/2).
Emiten ritel perkakas rumah tangga akan hadapi sejumlah tantangan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peningkatan konsumsi rumah tangga seiring bertumbuhnya ekonomi Indonesia merupakan momentum yang dinanti-nantikan emiten sektor ritel perkakas rumah tangga pada tahun ini. Inovasi dan perluasan pangsa pasar pun menjadi strategi untuk menyambut peluang. Meski begitu, ada sejumlah tantangan yang masih membayangi sektor ini. Pertama, tantangan dari nilai tukar rupiah. Besarnya pasokan barang impor pada sektor ini membuat volatilitas rupiah bisa menjadi ancaman. Sejak awal Februari, rupiah terus terdepresiasi hingga nyaris menyentuh level 13.700 per dollar AS. Sentimen utama berasal dari hampir pastinya kenaikan suku Bungan acuan The Fed pada Maret mendatang. Analis Danareksa Adeline Solaiman, menilai, kondisi nilai tukar rupiah yang terdepresiasi akan menjadi sentimen negatif bagi kinerja emiten-emiten penjual perkakas rumah tangga, terutama peralatan elektronik."Kalau rupiah lemah terhadap dollar AS dan yuan China, average selling price atawa harga jual rata-rata barang bisa jadi lebih mahal. Akibatnya, permintaan pasti akan menurun," katanya, Jumat (23/2).