JAKARTA. Tandukan tahun Kambing Kayu sepertinya cukup menantang para pebisnis ritel. Maklum, di tahun ini, Indonesia dibayangi perlambatan ekonomi yang berujung lesunya daya beli masyarakat. Tapi emiten ritel tak mau pasrah. Sejumlah peritel menyiapkan agenda ekspansi untuk menjaga pertumbuhan bisnis, agar tetap positif di tengah perlambatan ekonomi. Lesunya daya beli memang menyeret kinerja sejumlah emiten ritel. “Sudah pasti emiten ritel terkena dampaknya,” ujar Herman Tjajadi, analis RHB OSK Securities. Meski situasi berat, beberapa emiten ritel tetap ekspansi, misalnya menambah gerai. Menurut Herman, penambahan gerai dapat membuat volume penjualan meningkat. Aksi menambah gerai antara lain dilakukan PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA). Pada 2015 pemilik gerai Hypermart ini berniat membangun 10 gerai Hypermart baru dan merenovasi tujuh gerai.
MPPA juga getol menyasar pasar kalangan menengah ke atas dan ekspatriat dengan supermarket premiumnya, Foodmart Primo. Rencananya, MPPA akan membuka satu hingga dua gerai Foodmart Primo per tahun. Tak mau ketinggalan, peritel lain yang menyasar kalangan atas dan ekspatriat, PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC), juga berekspansi. Nugroho Setiadharma, Direktur Utama RANC bilang, tahun ini akan menambah tiga gerai baru. Dua dari dari tiga gerai itu telah dibuka, yakni di Surabaya dan Serpong. Satu gerai lagi akan berada di Fatmawati Jakarta Selatan dan dijadwalkan beroperasi pada akhir tahun ini. PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk yang menyasar kelas menengah ke bawah pun menambah gerai SPAR. Namun, skemanya konversi terhadap 17 supermarket Robinson yang diubah menjadi SPAR. “Cara konversi atau upgrade lebih baik ketimbang membangun lokasi baru yang harus menyiapkan investasi tanah dan bangunan baru,” ujar Setyadi Surya, Direktur RALS.