Emiten Ritel Tunjukan Kinerja Positif Didorong Pulihnya Mobilitas Masyarakat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa emiten ritel telah melaporkan kinerja keuangan pada Desember 2022. Hasilnya, beberapa emiten mencatatkan pertumbuhan kinerja positif.

PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) membukukan penjualan sebesar Rp 12,4 triliun pada 2022. Penjualan LPPF tumbuh 20,7% dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp 10,3 triliun. Matahari mencatatkan laba bersih sebesar Rp 1,4 triliun pada 2022, tumbuh 51,5% jika dibandingkan pada 2021 sebesar Rp 913 miliar.

Adapun PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 15,62 triliun sepanjang tahun 2022. Kinerja ini naik 15,01% dari periode sama 2021 lalu yang sebesar Rp 13,58 triliun. MIDI mencatatkan laba bersih sebesar Rp 398,91 miliar atau naik 47,91% dari periode yang sama tahun sebelumnya 2021sebesar Rp 268,68 miliar. 


Sementara, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 7,01 triliun sepanjang tahun 2022. Kinerja ini naik 5,44% dari periode sama 2021 lalu yang sebesar Rp 6,65 triliun. Tetapi, rugi periode berjalan MPPA melonjak 126,48% menjadi Rp 429,63 miliar pada 2022 dari periode sama 2021 lalu yang sebesar Rp 3,37 miliar.

Baca Juga: Sejumlah Emiten Ritel Catatkan Kinerja Positif, Begini Rekomendasi Sahamnya

Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro mengatakan dari 10 top market cap emiten retail dari subsektor perdagangan ritel konsumen primer dan non-primer baru terdapat tiga emiten yang sudah melaporkan laporan keuangan untuk sepanjang 2022 yaitu LPPF, TURI, dan MIDI. 

"LPPF, TURI dan MIDI semua mencatat lonjakan laba bersih dibandingkan sama tahun sebelum nya dengan melebihi proyeksi," jelasnya kepada Kontan,(22/3).

Nico mengatakan kinerja emiten ritel tahun 2023 akan lebih prospektif dibandingkan tahun 2022 karena tahun ini didukung perbaikan daya beli masyarakat, kemudian juga ditopang kinerja musiman seperti lebaran dan masuk ke musim kampanye yang akan semakin mendorong pertumbuhan kinerja emiten ritel.

Adapun, jika dilihat secara year to date (YTD) ada beberapa emiten retail big caps yang mencatat return positif. Tapi jika dilihat satu bulan atau month to date (MTD) return big caps emiten ritel rata-rata negatif karena terdampak sentimen global. 

Baca Juga: Hero Supermarket (HERO) Bukukan Pendapatan Rp 4,44 Triliun Sepanjang Tahun 2022

Selain itu, Indeks penjualan ritel Indonesia juga cenderung stabil dengan tren penguatan. Menurut Nico sektor retail konsumen primer akan mengalami kinerja lebih unggul di bandingkan sama retail non primer. 

"Di tengah ketidakpastian ekonomi global saat ini emiten konsumen primer lebih resilient terhadap efek resesi global dan ketidakpastian yang berada di pasar," jelasnya

Sentimen positif lainnya berasal dari ekonomi domestik yang masih kuat serta penurunan inflasi yang melandai serta daya beli yang masih kuat. Ditambah momentum Ramadan ada potensi kenaikan permintaan yang bisa translasi pada kekuatan kinerja keuangan dan berdampak pada kenaikan harga saham.

Sementara, Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan kinerja emiten retail seperti LPPF secara top line belum seusai ekspektasi karena pendapatan dari penjualan eceran yang masih di bawah ekspektasi.

Baca Juga: Cari Dividen Tinggi? Simak Rekomendasi Saham Jagoan Analis Berikut

"Secara kinerja top line masih di bawah ekspektasi kami dengan kinerja top line sebesar 94% dan kinerja bottom line diatas ekspektasi kami sebesar 106%," kata Azis.

Azis mengatakan pada tahun 2023 kinerja LPPF akan tumbuh positif dengan mencatatkan pendapatan Rp 7.6 triliun dan laba bersih Rp 1.5 triliun di dorong kondisi sektor emiten ritel Indonesia mulai mengalami peningkatan kinerja hal ini terlihat dengan meningkatnya mobilitas masyarakat.

Selain itu, sektor emiten retail memiliki prospek yang positif pada tahun ini, dengan meningkatnya mobilitas masyarakat ini bisa berdampak pada konsumsi masyarakat yang juga meningkat.

Sementara untuk sentimen negatif berasal dari adanya ketidakpastian global menjadi kekhawatiran bagi pelaku pasar.

Azis merekomendasikan beli untuk ERAA dengan target Rp 590. Sementara Nico merekomendasikan saham AMRT, dengan resistance terdekat Rp 3.000 per saham, support Rp 2.750 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati