Emiten sawit dibayangi oversupply pada Q3



JAKARTA. Kinerja cemerlang emiten produsen sawit pada semester pertam tahun ini kemungkinan mampu berlanjut hingga akhir tahun nanti. Meski begitu, produsen crude palm oil (CPO) mesti waspada potensi kelebihan pasokan yang mungkin terjadi pada kuartal III-2017

Kinerja yang membaik pada paruh pertam 2017 didukung peningkatan harga CPO yang terjadi sejak akhir 2016. Hal ini membuat emiten perkebunan kelapa sawit seperti PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT PP London Sumatera Tbk (LSIP), dan PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) berhasil mencatatkan peningkatan pendapatan serta laba di paruh pertama tahun ini.

Analis OSO Sekuritas Riska Afriani menilai, kinerja emiten CPO mungkin akan turun di kuartal III. Pasalnya, potensi oversupply akan menghantui harga CPO di kuartal tersebut.


"Laporan produksi CPO Malaysia yang meningkat per Juli lalu mungkin bisa jadi penekan harga CPO di kuartal ketiga ini. Sehingga kinerja emiten kelapa sawit di periode ini mungkin tidak akan secemerlang kuartal I lalu," papar Riska, Jumat (4/8).

Kelebihan pasokan tersebut, dipandang Riska, tidak didukung dengan peningkatan permintaan dari pasar. Harga minyak kedelai yang masih lebih murah dibanding minyak kelapa sawit dan adanya potensi pengurangan permintaan dari Eropa, menyebabkan harga CPO pada semester 2 nanti bisa jatuh.

Walau begitu, masih ada harapan bagi para emiten produsen kelapa sawit ini pada tiga bulan terakhir tahun ini. "Masih ada harapan peningkatan permintaan di kuartal IV-2017. Jadi, harga CPO bisa jadi kembali meningkat jelang akhir tahun nanti," imbuh Riska.

Sekadar gambaran, pada semester I-2017, AALI berhasil mencatat pertumbuhan laba sebesar 31,74% menjadi Rp 1,04 triliun. Perusahaan perkebunan milik keluarga Salim, LSIP berhasil mencetak laba sebesar Rp 459,53 miliar atau melonjak 307,96% year-on-year (yoy). SGRO bahkan berhasil keluar dari jerat rugi dengan meraih keuntungan sebesar Rp 174,15 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini