KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah meroket pada tahun lalu, kinerja bisnis dan pergerakan saham emiten energi ditaksir bakal melandai di tahun ini. Tren harga komoditas yang meredup bakal menjadi ganjalan bagi emiten energi. Tengok saja, harga batu bara ICE Newcastle untuk kontrak bulan Maret saat ini ada di level US$ 237,5 per metrik ton, turun tajam dari puncaknya pada level US$ 450 di tahun lalu. Harga minyak WTI juga mengalami kontraksi dari puncaknya di US$ 120 menjadi US$ 76 per barrel. Emiten energi di segmen bisnis batubara serta minyak dan gas (migas) pun memasang strategi. Meski harga komoditas melandai, agenda ekspansi dan diversifikasi tidak tertunda.
Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Indonesia Tbk (
ADRO) Febriati Nadira mengungkapkan, naik-turun harga batubara merupakan hal yang lazim di industri ini. Dinamika harga batubara tidak dapat diprediksi dan bergerak mengikuti siklusnya.
Baca Juga: Prospek Saham Syariah Dinilai Positif di 2023, Ini Saham Pilihan Analis "Karena itu, Adaro akan tetap fokus pada segala sesuatu yang dapat kami kontrol, seperti kontrol operasional untuk memastikan pencapaian target perusahaan dan efisiensi biaya," kata Nadira kepada Kontan.co.id, Kamis (2/2). Lagipula, ADRO masih optimistis terhadap prospek pertumbuhan industri batubara. Alasannya, ada dorongan dari tumbuhnya permintaan di wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara, termasuk di Indonesia.
Nadira bilang, ADRO akan terus menjalankan
green initiatives melalui pengembangan energi terbarukan dan pemrosesan mineral. Antara lain dengan membangun smelter aluminium di Kalimantan Utara. Hilirisasi itu digelar lewat anak usaha, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (
ADMR). Adaro Grup dalam proses pengembangan smelter aluminium di kawasan industri PT Kalimantan Industrial Park Indonesia (KIPI), dengan kapasitas 500.000 ton per tahun. Nilai investasi keseluruhan, termasuk pembangkit listrik, mencapai US$ 2 miliar pada tahap pertama. "Saat ini, kami dalam proses perencanaan yang lebih detail untuk mengembangkan aluminum smelter, antara lain dengan berupaya menggandeng mitra kerja dari luar negeri," imbuh Nadira.
Baca Juga: IHSG Menguat ke 6.885, GOTO, ARTO, INTP Top Gainers LQ45 PT Elnusa Tbk (
ELSA) juga optimistis memiliki daya tahan untuk menghadapi tantangan eksternal di tahun ini.
Manager of Corporate Communications ELSA Jayanty Oktavia Maulina mengatakan, pihaknya akan melanjutkan ekspansi di luar bisnis utama jasa migas. Ekspansi ini mempertimbangkan keberlanjutan usaha seperti pada transportasi non-BBM, layanan pengelolaan
smart water meter, serta kerja sama strategis dalam pengembangan teknologi
two phase flow meter untuk geotermal. "Elnusa memiliki diversifikasi portofolio jasa yang lengkap dan seimbang dari hulu, hilir serta penunjang migas, masing-masing portofolio saling menopang dan mendukung kinerja konsolidasian yang solid," ungkap Jayanty. Sebelumnya, Direktur Utama PT Medco Energi Internasional Tbk (
MEDC) Hilmi Panigoro juga memberikan sinyal untuk meneruskan ekspansi. Hilmi menerangkan, akuisisi aset menjadi opsi yang bisa dipertimbangkan saat terjadi penurunan harga komoditas.
Editor: Noverius Laoli