Emiten Sektor Rokok Didukung Kuatnya Daya Beli, Cek Rekomendasi Sahamnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) menekan keterjangkauan produk rokok. Tetapi, adanya kenaikan upah dan pemilihan umum (pemilu) bisa mendukung daya beli.

Analis Ciptadana Sekuritas Putu Chantika menilai bahwa adanya kenaikan cukai memberatkan emiten sektor rokok karena menciptakan persaingan yang lebih ketat. Pasalnya, selisih cukai emiten rokok tier-1 dengan tier-2 sekarang adalah Rp 432 per batang di segmen Sigaret Kretek Mesin (SKM). Padahal di tahun lalu selisih diantara keduanya hanya sebesar Rp 385 per batang.

Seperti diketahui, pemerintah melalui kementerian keuangan (Kemenkeu) telah menaikkan tarif cukai rokok sekitar 10% pada tahun 2023. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi prevalensi merokok. Karena itu, Putu bilang, pemain rokok tier-1 perlu meningkatkan harga jual rata-rata atau Average Selling Price (ASP) guna meredam penurunan profitabilitas.


Baca Juga: Wismilak Inti Makmur (WIIM) Dinilai Diuntungkan Kebijakan Cukai Rokok

Sesuai arahan dari Kemenkeu, Harga Jual Eceran (HJE) minimum tahun 2023-20 24 ditetapkan sebesar 7,9% hingga 10% untuk kategori tingkat 1. Dengan penegakan HJE, pemain tier-1 memiliki kemampuan untuk menggunakan penyesuaian harga yang tinggi, tetapi ada potensi penurunan pangsa pasar atau pun volume penjualan.

"Mengingat latar belakang ini, kami perkirakan downtrading dapat bertahan di tahun ini yang akan memberikan peluang bagi pemain tier-2 untuk menuai keuntungan," ujar Putu kepada Kontan.co.id, Jumat (10/2).

Analis BRI Danareksa Sekuritas Natalia Sutanto mengatakan, adanya kenaikan cukai hasil tembakau berpotensi melanjutkan downtrading atau perpindahan konsumsi perokok ke produk dengan cukai dan harga yang lebih murah. 

Untuk tarif cukai segmen Sigaret Kretek Tangan (SKT) naik sekitar 4,8%, sementara Sigaret Putih Mesin (SPM) naik hingga 12% di tahun 2023. Tarif diperkirakan menunjukkan pertumbuhan serupa untuk tahun 2024.

Kesenjangan tarif antara produsen rokok tingkat 1 dan di bawahnya dipertahankan untuk segmen SKM dan SPM, tapi dipersempit untuk SKT. 

"Hal ini berpotensi memberikan celah yang cukup untuk melanjutkan downtrading," imbuh Natalia dalam riset 5 Januari 2023.

Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan di bawah tingkat 1 telah menjadi pendorong pertumbuhan industri rokok. Pada akhir September 2022, pangsa pasar produsen rokok di bawah tingkat 1 telah meningkat menjadi 36% dari 20% pada 2019.

Baca Juga: Pemerintah Pastikan 50% Dana Bagi Hasil Cukai Rokok untuk Kesejahteraan Masyarakat

Natalia mengamati bahwa setelah aturan pembebasan cukai berakhir pada 2022, perusahaan rokok mulai menyesuaikan harga jual mereka untuk memperhitungkan cukai yang lebih tinggi di tahun 2023.

GGRM misalnya yang meningkatkan harga ex-factory (harga pokok penjualan barang dari pabrik penjual) mulai dari 5-8%, berlaku efektif sejak tanggal 21 Desember 2022, dan menjadi peningkatan keenam selama tahun 2022. Sementara, harga penyesuaian beberapa merek besar HMSP mulai dari 2%-4%, yang dimulai pada November 2022. 

Menurut Natalia, peraturan cukai baru-baru ini mempertimbangkan beberapa faktor termasuk tujuan untuk mengurangi konsumsi rokok dengan cara meningkatkan HJE yang lebih tinggi. Aturan cukai juga diterapkan agar mencapai target penerimaan pajak pemerintah.

Kendati demikian, Analis Trimegah Sekuritas Heribertus Ariando dalam riset 31 Januari 2023 mencermati bahwa naiknya CHT tidak begitu menekan bisnis emiten rokok. Sebab, kenaikan rata-rata cukai hasil tembakau di setiap segmen sekitar 10% masih lebih rendah dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Pada tahun 2020, kenaikan CHT sekitar 25% dari tahun sebelumnya. Sementara, kenaikan CHT di tahun 2021 dan 2022 masing-masing sekitar 17% dan 14%. Meskipun pendapatan telah secara konsisten jatuh selama masa lalu 4 tahun terakhir, tetapi Trimegah percaya tahun 2023-2024 adalah titik balik.

Heribertus menuturkan, sensitivitas harga kebutuhan pokok harus relatif inelastis selama periode pemilihan umum yang digabungkan dengan dukungan dari pertumbuhan upah minimum.

Penyesuaian harga yang diperlukan untuk lulus pada kenaikan cukai, tidak akan menjadi beban yang signifikan bagi konsumen karena penyesuaian upah minimum lebih tinggi 7-8% year-on-year (YoY) di tahun ini.

"Peningkatan konsumsi selama periode kampanye, kami mengharapkan perubahan pendapatan yang positif," tulis Heribertus dalam riset (31/1).

Rekomendasi Saham

1. PT Gudang Garam Tbk (GGRM)

GGRM akan terus menghadapi persaingan yang ketat dengan produsen tingkat 2 karena kesenjangan tarif yang melebar akibat penyesuaian CHT.

GGRM sudah menaikkan harga produk andalan yakni Surya Pro Mild (16s) senilai Rp 28.700 per bungkus. Selain guna mematuhi HJE, upaya GGRM dalam menaikkan harga jual eceran penting agar membatasi penurunan margin.

Volume penjualan produk SKM milik GGRM akan melemah karena efek downtrading. Kenaikan cukai produk SKM yang signifikan selama dua tahun berturut-turut akan terus menekan valuasi perusahaan rokok. Meskipun, penurunan margin akan terbatas karena didorong oleh harga jual yang lebih tinggi.

Rekomendasi : Hold

Target harga : Rp 16.500 per saham

Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya dalam riset 9 Januari 2023

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Emiten-Emiten yang Berpotensi Raih Pendapatan Jumbo

2. PT H.M Sampoerna Tbk (HMSP)

Pemulihan daya beli bisa menjadi pertanda baik untuk volume penjualan dan kekuatan harga HMSP. Sebab, volume konsumsi rokok bakal meningkat karena daya beli yang kuat, sehingga akan melirik merek rokok nasional yang lebih mahal. 

Volume sigaret linting mesin dan linting tangan HM Sampoerna diperkirakan akan meningkat sebesar 3% untuk setiap segmen pada tahun 2023. Tetapi, waspadai peningkatan konsumsi vape dan e-rokok yang kemungkinan akan mengambil pangsa pasar dari rokok tradisional.

Rekomendasi : Buy

Target harga : Rp 1.700 per saham

Analis UOB Kayhian Sekuritas Stevanus Juanda dalam riset 6 Februari 2023

3. PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM)

Koreksi yang terjadi pada perdagangan kemarin diperkirakan merupakan awal fase downtrend dalam jangka pendeknya. Hal tersebut nampak pada volume penjualan yang muncul pada pergerakan WIIM kemarin. Di sisi lain, indikator MACD dan Stochastic dari WIIM sudah mulai melandai dan rawan terjadinya deadcross.

Rekomendasi : Sell on Strength (SoS)

Target harga : Rp 895 per saham

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana

Emiten Sektor Rokok Didukung Kuatnya Daya Beli, Cek Rekomendasi Sahamnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .