KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Emiten semen berpotensi mendapatkan katalis positif dari rencana program 3 juta rumah yang diusung Prabowo Subianto. Kebijakan Presiden Terpilih tersebut dapat meningkatkan permintaan semen terutama bagi pemain tingkat-1. Analis Sucor Sekuritas Yoga Ahmad Gifari mengatakan, pemerintahan baru telah menetapkan rencana ambisius untuk membangun 3 juta unit rumah baru setiap tahun guna mengatasi kekurangan perumahan nasional (
bakclog). Inisiatif ini bertujuan untuk membangun 2 juta rumah di daerah pedesaan dan 1 juta di daerah perkotaan setiap tahun. Pembangunan perumahan pedesaan akan diberikan kepada kontraktor menengah, usaha kecil dan menengah (UKM), koperasi, dan badan usaha milik desa (BUMDes). Sementara proyek perumahan perkotaan akan terbuka untuk semua kontraktor, baik domestik maupun internasional.
Yoga berpendapat, rencana pembangunan perumahan baru seharusnya akan mendorong permintaan semen. Hal itu mengingat pula rencana pembangunan 3 juta unit rumah setiap tahun tersebut jumlahnya 3 kali lebih besar dari program Jokowi untuk membangun 1 juta rumah baru per tahun. ‘’Kami mengantisipasi bahwa inisiatif pemerintah baru membangun 3 juta unit rumah dapat meningkatkan permintaan semen lebih lanjut,’’ kata Yoga dalam riset tertanggal 21 Oktober 2024. Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta memandang, harga saham emiten semen secara umum masih dalam keadaan datar
(sideways). Secara teknikal, fase
downtrend saham terpantau masih tertunda.
Baca Juga: Program 3 Juta Rumah Bakal Memoles Kinerja Emiten Semen, Cek Rekomendasi Sahamnya Namun, kebijakan pemerintah baru yang memiliki rencana membangun 3 juta unit rumah per tahun semestinya dapat meningkatkan performa emiten semen. Dengan rencana ambisius tersebut, maka masalah
backlog perumahan dan kelebihan pasokan
(oversuypply) semen dapat teratasi. Perusahaan semen besar seperti INTP dan SMGR tentunya akan menjadi penerima manfaat utama karena memiliki kapasitas besar sebagai pemain di industri semen. Di sisi lain, stimulus dari pemerintah terkait program perumahan tersebut dapat berdampak positif bagi masyarakat. ‘’Semestinya program 3 juta rumah menjadi katalis positif yang akan meningkatkan permintaan pada semen dan bahan material lainnya, karena untuk saat ini kondisi semen masih dalam keadaan oversupply,’’ ucap Nafan saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (17/11). Menurut Yoga, asumsi setiap rumah tipe 36 membutuhkan 3 ton semen, maka total peningkatan permintaan yang diproyeksikan dari program baru ini dapat mencapai 1 juta ton (2 juta unit dikalikan 3 ton), yang mewakili 9,4% dari total penjualan semen pada tahun 2023. Oleh karena itu, rencana pembangunan rumah lebih banyak dapat menjadi pendorong yang substansial bagi produsen semen, khususnya mereka yang memiliki pangsa pasar yang kuat dan keberadaan yang mapan di Indonesia. Hanya saja, Yoga menilai bahwa realisasi program ini mungkin memerlukan waktu untuk terwujud, dan risiko pelaksanaan harus dipertimbangkan dengan saksama.
Selain itu, kelebihan pasokan atau oversupply yang sedang berlangsung di industri semen Indonesia dapat menghadirkan risiko Average Selling Price (ASP) yang signifikan. Baca Juga: Selektif Memilih Saham Pelat Merah Dengan kondisi
oversupply, para pemain semen utama mungkin merespons dengan meluncurkan merek lapis-2 sebagai merek tandingan untuk bersaing dengan pemain semen yang lebih kecil. Manuver strategis dari peluncuran merek tandingan bertujuan untuk mempertahankan pangsa pasar, tetapi dapat menyebabkan penurunan harga jual rata-rata (ASP) dan menekan margin. Namun, dalam jangka panjang, Sucor Sekuritas melihat strategi merek tandingan ini dapat memaksa para pemain lapis-2 untuk lebih fokus pada kualitas dan dapat menaikkan harga. Secara keseluruhan, Yoga menegaskan kembali pandangan positif untuk emiten sektor semen. Perusahaan semen berpotensi mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang kuat yang didorong oleh peningkatan daya beli. Selain itu, valuasi yang lebih rendah dapat memberikan risiko penurunan yang lebih rendah. Dia menyukai INTP sebagai pilihan utama karena potensi dividennya yang melebihi rasio pembayaran >100%, sehingga menawarkan imbal hasil 6-7%. Dimasukkannya semen Grobogan juga dapat memberikan manfaat besar bagi INTP untuk memperkuat kehadiran di Jawa Tengah & Jawa Timur dan efisiensi biaya di masa mendatang. Semen Indonesia (SMGR) juga layak dicermati karena valuasi yang menarik dengan EV/EBITDA hanya 5,0x dan prospek pertumbuhan laba sebesar 12% CAGR selama 5 tahun ke depan karena didorong oleh penurunan beban bunga (interest expenses). Yoga merekomendasikan Buy untuk INTP dan SMGR dengan target harga masing-masing sebesar Rp 8.900 per saham dan Rp 5.400 per saham. Sedangkan, Nafan menyarankan Hold untuk INTP dan SMGR dengan target harga masing-masing Rp 7.125 per saham dan Rp 3.480 per saham.
Baca Juga: Prospek Mata Uang Komoditas Lesu Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Sulistiowati