KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Tahun politik tak menyurutkan emiten produsen semen untuk mematok target optimistis tahun ini. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (
INTP) memprediksi konsumsi semen nasional tahun 2024 tumbuh 2% sampai 3% pada tahun ini. Corporate Secretary Indocement Dani Handajani menilai, penjualan semen tahun ini akan didorong oleh proyek pembangunan Ibu Kota Negara Nusantara dan fasilitas pendukungnya. Penjualan semen juga ditopang kenaikan anggaran infrastruktur pemerintah pada 2024, kembalinya angka pertumbuhan ekonomi Indonesia ke era sebelum pandemi, serta angka inflasi yang terkontrol sehingga diharapkan akan menurunkan tingkat suku bunga.
Di sisi lain, rampungnya proses akuisisi Semen Grobogan oleh Indocement akan berdampak positif pada total volume penjualan Indocement. Sebab, INTP mendapatkan tambahan volume penjualan semen sebesar 1,5 juta ton yang selama ini telah dijual oleh Semen Grobogan Selain itu, keberadaan pabrik baru tersebut juga memungkinkan Indocement melakukan sinergi dan optimalisasi jaringan pemasaran semen di Jawa Tengah dan Jawa Timur. “Sehingga bisa membuka ceruk-ceruk pasar baru untuk penetrasi beragam produk semen Indocement,” kata Dani kepada Kontan.co.id, belum lama ini.
Baca Juga: Emiten Semen Berharap dari IKN PT Cemindo Gemilang Tbk (
CMNT)
mengestimasikan pertumbuhan penjualan semen dapat mencapai 5%-7% tahun ini. Direktur Cemindo Gemilang Ameesh Anand menyebut, secara umum, permintaan semen didorong oleh tren pemulihan perekonomian Indonesia di tahun ini yang diperkirakan masih berlanjut. Ada beberapa sentimen yang mendorong prospek semen tahun ini.
Pertama, kebangkitan Industri semen didorong oleh optimisme normalisasi harga komoditas seperti batubara yang akan berlanjut di tahun ini. Penurunan harga batubara diyakini akan mengurangi biaya produksi CMNT.
Kedua, akselerasi keberlanjutan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur dan pembangunan infrastruktur yang lebih merata di seluruh wilayah Indonesia juga memberikan dampak positif bagi CMNT. Pembangunan IKN dan fasilitasnya juga dapat menopang perekonomian Indonesia dari kemungkinan terjadinya perlambatan ekonomi.
Ketiga, adanya potensi penurunan suku bunga, target inflasi yang masih terkendali dan insentif pembebasan pajak pembelian rumah dengan harga di bawah Rp 2 miliar yang akan menjadi sentimen positif untuk sektor properti. Penjualan properti residensial yang diprediksi tumbuh sekitar 7% di tahun ini akan mendorong peningkatan permintaan semen, khususnya untuk penjualan semen kantong.
Baca Juga: Cemindo Gemilang (CMNT) Proyeksi Penjualan Semen Tumbuh Hingga 7%, pada 2024 Sementara itu, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (
SMCB) belum bisa menyampaikan target penjualan tahun ini secara spesifik. Yang jelas, Direktur Utama SMCB Lilik Unggul Raharjo menilai, peluang pertumbuhan permintaan semen akan tetap ada. Salah satu pendorongnya yakni kondisi housing backlog sekitar 12,7 juta rumah. Selain itu, proyek-proyek pembangunan yang dijalankan pemerintah juga memberikan peluang untuk penyerapan suplai yang ada. Untuk mendorong kinerja, anak usaha PT Semen Indonesia Tbk (
SMGR) ini masih akan berfokus pada
operation excellence hingga meningkatkan optimalisasi aset. “Kami juga akan terus memperkuat sinergi dengan SMGR dalam pengelolaan pasar dan jaringan distribusi, menjalankan inovasi untuk mencapai efisiensi baik dari sisi biaya, maupun operasional seperti penggunaan bahan baku dan bakar alternatif,” terang Lilik kepada Kontan.co.id, pekan lalu. SMCB juga memperluas peluang pertumbuhan melalui kerja sama strategis dengan Taiheiyo Cement Corporation untuk
export channeling serta transfer teknologi.
Baca Juga: Isu Global Berimbas ke Bahan Baku Tantangan 2024
Bukan berarti pasar semen tahun ini nihil dari tantangan. Lilik menilai, industri semen masih akan menghadapi tantangan yang sama, yakni persaingan pasar yang ketat. Ini karena suplai dan kapasitas produksi yang lebih tinggi dibandingkan permintaan. Kondisi inflasi yang mempengaruhi daya beli masyarakat, serta kondisi-kondisi makro seperti geopolitik yang berdampak secara tidak langsung terhadap harga bahan bakar juga turut membayangi industri semen
Senada, Dani menilai ada sejumlah faktor yang diwaspadai INTP pada tahun ini. Dari eksternal, Produsen semen merk Tiga Roda ini mewaspadai meningkatnya skala konflik di Timur Tengah serta konflik Rusia dan Ukraina. Jika perang besar terjadi, akan berdampak kenaikan beragam harga energi dan komoditas, yang tentunya akan mengganggu pertumbuhan ekonomi Indonesia dan dunia. Tahun ini, Indocement menyiapkan dana belanja modal alias
capital expenditure (Capex) sebesar Rp 1,2 triliun sampai dengan Rp 1,5 triliun. Dani menyebut, capex ini akan digunakan untuk perbaikan dan perawatan pabrik. Sementara CMNT mengalokasikan capex Rp 600 miliar pada tahun ini, yang digunakan antara lain untuk meningkatkan efisiensi atas lini produksi pabrik, optimalisasi aspek logistik CMNT, hingga pembelian kendaraan listrik. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati