KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa emiten semen mulai merambah bisnis hilir (turunan) guna mengatasi kondisi kelebihan pasok (oversupply) semen di pasaran. PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) misalnya, mulai merambah bisnis tanah liat (white clay). SMBR telah menandatangani kontrak kerja sama jual beli tanah liat dengan Pupuk Sriwijaya selama tiga tahun dengan total volume sebesar 150 ribu ton. Selain tanah liat, emiten pelat merah ini merambah lini bisnis beton porous, semen mortar dan bata ringan. Emiten pelat merah lainnya, yakni PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) juga melakukan hal yang sama. Melalui rebranding Semen Indonesia Group (SIG), SMGR berupaya mengatasi oversupply dengan menyediakan solusi bahan bangunan yang inovatif, terbaru, dan bernilai tambah. Tahun ini, SMGR mengucurkan belanja modal (capex) senilai Rp 2 triliun, yang salah satu tujuannya adalah mengembangkan produk derivatif.
Emiten semen menggenjot hilirisasi, efektifkah mengurangi oversupply?
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa emiten semen mulai merambah bisnis hilir (turunan) guna mengatasi kondisi kelebihan pasok (oversupply) semen di pasaran. PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) misalnya, mulai merambah bisnis tanah liat (white clay). SMBR telah menandatangani kontrak kerja sama jual beli tanah liat dengan Pupuk Sriwijaya selama tiga tahun dengan total volume sebesar 150 ribu ton. Selain tanah liat, emiten pelat merah ini merambah lini bisnis beton porous, semen mortar dan bata ringan. Emiten pelat merah lainnya, yakni PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) juga melakukan hal yang sama. Melalui rebranding Semen Indonesia Group (SIG), SMGR berupaya mengatasi oversupply dengan menyediakan solusi bahan bangunan yang inovatif, terbaru, dan bernilai tambah. Tahun ini, SMGR mengucurkan belanja modal (capex) senilai Rp 2 triliun, yang salah satu tujuannya adalah mengembangkan produk derivatif.