JAKARTA. Bukan hanya BUMN, emiten pelat hitam juga siap menjaga harga saham mereka dari kejatuhan. Sejumlah emiten swasta pasang kuda-kuda membeli kembali saham
(buyback) di Bursa Efek Indonesia. Yang teranyar, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) bersiap memborong sahamnya di pasar. Emiten yang memproduksi minyak dan gas (migas) ini berencana
buyback maksimal 10% saham. MEDC memanfaatkan relaksasi kebijakan
buyback dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kini, emiten boleh menggelar
buyback tanpa persetujuan rapat umum pemegang saham (RUPS).
Nah, Medco sudah mencadangkan dana maksimal US$ 50 juta atau Rp 700 miliar untuk
buyback saham. Rencananya, MEDC akan
buyback dalam tiga bulan ke depan, mulai 26 Agustus hingga 25 November 2015. "Untuk pembelian saham ini, kami akan menunjuk salah satu anggota bursa efek untuk melakukan pembelian saham," ujar Lukman Ahmad Mahfud, Direktur Utama MEDC, Rabu (26/8). Saham hasil
buyback bakal dibukukan sebagai saham tresuri atau saham simpanan dan bisa dijual kembali apabila kondisi pasar saham mulai membaik. Dana untuk
buyback saham berasal dari kas internal. Sebelumnya, PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) juga menyiapkan dana maksimal Rp 400 miliar untuk
buyback saham. Suryanto, Direktur RALS, mengatakan, pembelian kembali saham mulai dilakukan pada 25 Agustus 2015 hingga 24 November 2015. Manajemen emiten ritel tersebut tidak menyebutkan batas waktu melakukan
buyback. Harga saham RALS kemarin menanjak 2,56% menjadi Rp 600 per saham. Namun sejak awal tahun hingga kemarin atau
year-to-date (ytd), harga saham RALS sudah merosot 24,05%. Emiten lain, yakni PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), juga memanfaatkan relaksasi aturan
buyback saham. Troy Parwata, Direktur Utama MPMX mengemukakan, pihaknya menyiapkan dana sekitar Rp 50 miliar untuk aksi korporasi tersebut. Harga maksimum pembelian kembali saham MPMX ada di posisi Rp 1.000 per saham. Artinya, jika harga saham sudah menyentuh level itu, MPMX akan menghentikan aksi
buyback-nya itu. "Pembelian kembali saham akan dilaksanakan mulai 24 Agustus hingga 23 November 2105," ujar Troy dalam pernyataan resmi, Senin (24/8). Dia mengatakan, aksi ini tidak akan berdampak terhadap menurunnya pendapatan. Alhasil, laba per saham perseroan pun tidak akan terpengaruh. Sedangkan dampak kepada beban pembiayaan terbilang minim. Harga saham MPMX kemarin merosot 2,90% menjadi Rp 469 per saham. Sejak awal tahun, saham ini sudah anjlok 40,63%. Sedangkan produsen keramik PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA) hanya menyiapkan dana maksimal Rp 18 miliar untuk
buyback. ARNA juga akan
buyback pada 25 Agustus hingga 25 November 2015. Manajemen ARNA optimistis aksi
buyback saham bisa mengurangi dampak terburuk fluktuasi pasar yang terjadi saat ini. "Dengan
buyback, kami mengharapkan harga saham lebih stabil," ujar Direktur ARNA Edy Suyanto dalam pernyataan resminya, kemarin. Pengamat pasar modal Teguh Hidayat menilai, pembelian kembali saham di pasar oleh emiten akan berpengaruh pada pergerakan IHSG. "Namun seberapa besar pengaruhnya, belum bisa diprediksi," tutur dia.
Sebenarnya,
buyback tak melulu bisa mengerek harga suatu saham. Tahun ini, beberapa emiten lapis dua seperti PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) sudah lebih dulu melakukan
buyback. Namun harga sahamnya terus menurun. Lain halnya jika
buyback dilakukan oleh emiten saham berkapitalisasi pasar besar, seperti emiten BUMN. Banyak
fund manager besar yang memiliki saham
big cap. Sehingga, pengaruh
buyback ke harga saham bisa signifikan. "Saat ini valuasi IHSG sudah murah. Meski masih berpotensi turun, tetap saja banyak saham yang sudah terdiskon," kata Teguh. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie