KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tiga emiten yang tergabung dalam induk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tambang telah melaporkan kinerja periode sembilan bulan pertama 2022. Hasilnya, baik PT Bukit Asam Tbk (
PTBA), PT Timah Tbk (
TINS), maupun PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM) berhasil melipatgandakan kinerjanya. PTBA misalnya, melaporkan laba bersih Rp 10 triliun per kuartal ketiga 2022. Jumlah ini naik 110% dibanding periode serupa di tahun lalu yang senilai Rp 4,8 triliun.
Pencapaian laba bersih PTBA didukung dengan naiknya pendapatan. Per 30 September 2022, PTBA membukukan pendapatan senilai Rp 31,1 triliun. Jumlah ini meningkat 60% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga: Pendapatan dan Laba Aneka Tambang (ANTM) Kompak Naik per Kuartal III-2022 Kenaikan kinerja PTBA tidak terlepas dari kenaikan harga jual rerata alias
average selling price (ASP) yang direalisasikan Bukit Asam. Sepanjang periode sembilan bulan pertama 2022, PTBA merealisasikan ASP sebesar Rp 1,3 juta. Kenaikan ASP Bukit Asam dibarengi dengan kenaikan kinerja operasional. Emiten yang berbasis di Sumatra Selatan ini mencatat volume penjualan sampai dengan akhir September 2022 sebanyak 23,5 juta ton, tumbuh 12% secara tahunan. Hingga kuartal ketiga 2022, produksi batubara PTBA mencapai 27,7 juta ton, meningkat 21% dibanding kuartal ketiga 2021 yang sebesar 22,9 juta ton. TINS juga berhasil mencetak kinerja ciamik. Emiten tambang timah ini membukukan laba bersih senilai Rp 1,14 triliun per kuartal ketiga 2022. Jumlah ini melesat 87,28% dari realisasi laba bersih TINS di periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp 611,89 miliar. Kenaikan laba bersih ini juga sejalan dengan kenaikan pendapatan.TINS membukukan pendapatan senilai Rp 10,18 triliun, hanya naik 5,05% dari pendapatan yang direalisasikan pada periode yang sama tahun lalu, yakni Rp 9,69 triliun.
Baca Juga: Bukukan Kenaikan Laba, Cermati Rekomendasi Saham PT Timah (TINS) Berbeda dengan PTBA, kinerja operasional TINS kurang menggembirakan. Pada sembilan bulan pertama 2022, produksi bijih timah TINS tercatat sebesar 14.502 ton, turun 19% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 17.929 ton. Produksi logam timah pada periode ini juga menurun 26% menjadi 14.130 metrik ton dari sebelumnya sebesar 19.120 metrik ton di periode yang sama tahun lalu.
Sekretaris Perusahaan TINS Abdullah Umar Baswedan mengatakan, dinamika dalam operasi produksi pertambangan dipengaruhi oleh banyak faktor baik teknis maupun non teknis. Dalam teknis penambangan, selain faktor cadangan, faktor peralatan, faktor cuaca terutama untuk penambangan laut sangat mempengaruhi efektivitas operasi.
Editor: Noverius Laoli