Emiten tambang mengerek belanja modal tahun depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek emiten pertambangan pada tahun depan diperkirakan masih menarik. Satu indikasinya adalah alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex) emiten tambang yang cenderung lebih besar dibandingkan tahun ini.

PT United Tractors Tbk (UNTR), misalnya, menyiapkan capex Rp 7 triliun pada 2018. Jumlah ini naik dua kali lipat dibandingkan anggaran tahun ini berkisar Rp 3 triliun hingga Rp 4 triliun.

PT Indika Energy Tbk (INDY) juga menaikkan capex, meski tipis. Capex INDY naik sebesar 2% menjadi sekitar US$ 90 juta tahun 2018.


Emiten tambang pelat merah tak mau ketinggalan. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menyiapkan capex Rp 6,5 triliun pada 2018. Angka ini naik lebih dari tiga kali lipat dibanding tahun ini Rp 2 triliun. Mayoritas capex untuk pengembangan bisnis.

Adapun PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mengalokasikan capex Rp 2,8 triliun, naik 40% dibandingkan tahun ini senilai Rp 2 triliun. Capex ini antara lain digunakan untuk membangun feronikel di Halmahera Timur.

PT Timah Tbk (TINS) juga menyiapkan capex Rp 2,6 triliun. Dibandingkan tahun ini, alokasi capex 2018 terbilang stagnan. Namun capex ini sejatinya naik dibandingkan rencana awal. Sebelumnya, TINS memperkirakan capex 2018 antara Rp 1,5 triliun hingga Rp 2 triliun.

Direktur Keuangan TINS Emil Ermindra mengatakan, capex akan difokuskan untuk investasi pertambangan, baik tambang darat maupun laut dan investasi untuk aktivitas peleburan atau smelter. "Sasarannya nanti untuk meningkatkan kapasitas dan produktivitas operasi dan produksi kami," ujar Emil kepada KONTAN, Kamis (14/12).

Manajemen TINS belum bisa menargetkan produksi timah tahun depan. Namun, dipastikan produksinya akan lebih besar dibandingkan target tahun ini 35.000 ton.

Kenaikan produksi bukan hanya diperoleh dari produksi sendiri, melainkan berasal dari mitra tambang yang ada. Kombinasi ini akan membuat harga pokok produksi TINS lebih efisien. "Sehingga, kemampuan laba kami akan meningkat, secara moderat tahun depan kami akan tumbuh 20%," jelas Emil.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andy Wibowo Gunawan menilai, sektor pertambangan tahun depan masih menarik. Salah satu yang paling menarik adalah nikel. "Kami percaya manufaktur China akan ekspansi didukung tangguhnya ekonomi negara itu. Kami belum melihat ada katalis negatif pada manufaktur China," kata dia dalam riset 5 Desember.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati