KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten tambang berupaya memperbesar kapasitas produksi. Salah satu caranya denganĀ mengakuisisi tambang milik perusahaan lain. Maklum, harga batubara yang mulai membaik telah mengerek kinerja penjualan perusahaan. Tak ayal, sejumlah perusahaan menggeber produksi melalui akuisisi tambang. Salah satu kelebihan pertumbuhan secara non-organik ini adalah waktu yang lebih efisien. Ada beberapa emiten yang memiliki agenda akuisisi tambang. Diantaranya PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA), PT ABM Investama Tbk (ABMM), dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO).
Selain untuk menambah kapasitas produksi, langkah ini dilakukan pula untuk mencari pengganti tambang yang masa konsesinya sudah hampir berakhir. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) misalnya, bermaksud menambah sumber tambang batubara baru hingga tahun depan. Sebab, dua dari enam ladang tambangnya bakal tutup operasi pada kuartal II-2019. Yakni tambang yang berada di bawah pengelolaan PT Kitadin dan PT Jorong Barutama Greston. Asal tahu, pada 24 September 2017, ITMG mengakuisisi 70% saham PT Tepian Indah Sukses. Nilai akuisisinya mencapai US$ 9,5 juta. Tepian Sukses adalah pemilik izin usaha pertambangan (IUP) lahan tambang batubara seluas 2.065 hektar di Kalimantan Timur. Diperkirakan, tambang ini memiliki cadangan produksi batubara sebesar 4,7 juta ton. Saat ini, ITMG memiliki cadangan batubara sebesar 190 juta ton dengan usia pertambangan hanya tujuh tahun. Perusahaan ingin menambah usia penambangan mencapai 15 tahun. Untuk itu, perusahaan mengambil langkah akuisisi sejumlah perusahaan tambang. Sepanjang tahun ini, ITMG menargetkan penjualan 23,5 juta ton batubara. PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) juga berniat mengakusisi tambang batubara. Manajemen sempat menyatakan akan membidik lokasi di luar pulau Sumatra yang selama ini menjadi basis produksi. PTBA mengincar area Kalimantan dengan cadangan batubara yang besar dan berkalori minimum 4.200 kilokalori per kilogram (kkal/kg). Selain membidik tambang dengan kapasitas besar, PTBA juga membidik lokasi tambang yang sudah beroperasi. Pihaknya enggan membidik
greenfield karena memiliki risiko yang besar. Untuk aksi korporasi ini, PTBA masih mengandalkan kas internal. Bila diperlukan, pinjaman perbankan bisa dilakukan. Penambahan tambang batubara ini, bisa mengerek volume produksi batubara PTBA. Suherman, Sekretaris Perusahaan PTBA memproyeksikan, pada tahun 2018, volume penjualan batubara bisa naik sekitar 10% dibandingkan dengan prognosa tahun 2017. Namun pihaknya belum bisa membocorkan perkiraan pendapatan dan laba bersih pada tahun 2018. "Kalau dari prediksi analis, sepertinya tidak jauh berbeda dengan 2017, flat," terang Suherman kepada KONTAN, Senin (20/11). Tak mau ketinggalan menikmati kenaikan harga batubara, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) juga terbuka mencari perusahaan tambang baru untuk akuisisi. Meksipun belum ketahuan perusahaan mana yang diincar, wacana untuk menambah produksi batubara sudah terdengar.
Produksi batubara DSSA bakal lebih kencang karena perusahaan bermaksud melakukan diversifikasi pada bisnis listrik. Pada tahun depan saja, produksi batubara DSSA diperkirakan akan tumbuh lebih dari 5%. Tahun ini, DSSA menargetkan bisa mencapai produksi batubara sebanyak 14 juta ton. Selain itu, PT ABM Investama Tbk (ABMM) juga berniat melakukan akusisi tambang. Emiten ini sudah menyiapkan pendanaan hingga US$ 100 juta hingga US$ 150 juta. Ada pula PT Indika Energy Tbk (INDY) yang juga memperbesar porsi kepemilikan saham pada anak usahanya di PT Kideco Jaya Agung. INDY telah merampungkan proses akuisisi 45% kepemilikan saham Kideco senilai US$ 677,5 juta. Artinya, INDY menambah kepemilikan menjadi 91% dari sebelumnya 46%. Kideco adalah produsen batubara terbesar ketiga di Indonesia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini