Emiten tambang merevisi belanja modal



JAKARTA. Tahun ini memang kurang bersahabat bagi emiten pertambangan. Harga komoditas tambang yang tak lagi berkobar plus penurunan permintaan, membuat emiten sektor tambang mengerem ekspansi.

Dus, beberapa emiten sektor tambang pun menurunkan belanja modal tahun ini. Beberapa emiten yang telah menurunkan target penyerapan belanja modal alias capital expenditure (capex) tahun ini adalah PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), dan PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU).

Ada banyak alasan yang membuat emiten memangkas capex. Pertama, memilih menunda ekspansi di tahun ini. ITMG, ambil contoh, menggunting belanja modal menjadi US$ 77 juta dari US$ 209 juta di tahun ini. Permintaan batubara dunia yang menurun menjadi pangkal masalahnya. ITMG kemudian menggunakan anggaran tersebut untuk kegiatan produksi lain.


BRAU juga beralasan sama. "Kami tunda dulu proyek infrastruktur hingga tahun depan," tutur John Joseph Ramos, Direktur Keuangan Berau Coal. BRAU memangkas target belanja modal menjadi US$ 165 juta-US$ 190 juta dari anggaran awal US$ 300 juta.

Alasan kedua, untuk likuiditas. Itu seperti yang dilakukan oleh Adaro. Manajemen ADRO mengaku, ingin mempertahankan kas. Semula Adaro menganggarkan capex sebesar US$ 650 juta-US$ 700 juta. Namun, bujet tersebut dipotong menjadi US$ 400 juta-US$ 500 juta. Dana tersebut semula dianggarkan untuk menambah alat berat.

Kondisi ini boleh jadi bakal berlanjut pada tahun depan. Maka itu, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) di tahun depan mematok belanja modal lebih kecil dari tahun ini yaitu sebesar Rp 3 triliun - Rp 4 triliun. Tahun ini, belanja modal ANTM sebesar Rp 5,8 triliun.

Fajar Indra, analis Panin Sekuritas menilai, pemangkasan belanja modal merupakan cara terbaik bagi perusahaan tambang untuk neraca keuangan mereka. "Kas mereka tidak sekuat seperti di 2011," kata dia.

Para analis sepakat, menurunnya permintaan secara global menjadi pemicu lesunya industri pertambangan. "Krisis utang di zona Euro dan Amerika Serikat membuat daya beli menurun," imbuh Reza Priyambada, Analis Trust Securities.

Selain itu, kata Managing Partner Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe, Eropa dan Amerika mulai beralih ke agas yang lebih bersih dan murah, sehingga mengurangi permintaan batubara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana