JAKARTA. Bisnis telekomunikasi yang haus modal besar, memicu emiten telekomunikasi getol cari pendanaan dari luar. Pendanaan lewat jalan penerbitan obligasi juga diminati. Tingkat utang yang sudah tinggi tak menyurutkan niat para emiten berburu dana segar di pasar. Terbaru, PT XL Axiata Tbk (EXCL) akan menerbitkan sukuk ijarah tahap I senilai Rp 1,5 triliun. Obligasi syariah ini merupakan bagian penawaran sukuk berkelanjutan I XL Axiata 2015 dengan total Rp 5 triliun. EXCL mematok kupon antara 8,75% sampai 11%. EXCL mengklaim, selama proses book building penerbitan obligasi ini, terjadi kondisi kelebihan permintaan.
"Transaksi tersebut berhasil mengumpulkan order dari investor dengan kelebihan permintaan 1,5 sampai 1,6 kali dari total nilai emisi," ujar Mohammed Adlan Bin Ahmad Tajudin, Chief Financial Officer EXCL, Selasa (24/11). Seluruh duit yang terkumpul dari penerbitan sukuk ini akan digunakan untuk mendanai kebutuhan modal kerja perusahaan. "Kami akan membayar beberapa biaya operasional dan untuk membayar biaya spektrum," ujar Adlan. Emiten telekomunikasi lain yang tengah mencari pendanaan lewat obligasi adalah PT Indosat Tbk (ISAT). Perusahaan yang baru berganti merek menjadi Indosat Ooredoo ini dalam tahap proses perizinan untuk menerbitkan obligasi tahap III senilai Rp 900 miliar. Rencana penerbitan obligasi ini, termasuk dalam sisa Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) I Indosat sebesar Rp 4,4 triliun. Perseroan menargetkan dapat menerbitkan obligasi ini pada akhir tahun. Penguasa pasar telko, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) pun masih mempunyai ruang untuk menerbitkan obligasi. Adapun, TLKM mempunyai total PUB senilai Rp 12 triliun. TLKM telah menerbitkan obligasi tahap pertama senilai Rp 6 triliun. Induk Telkomsel ini masih mempunyai sisa PUB Rp 6 triliun untuk penerbitan tahap selanjutnya. TLKM membuka kemungkinan untuk menerbitkan sisa obligasi tersebut pada semester I tahun depan. Reza Priyambada, Kepala Riset NH Korindo Securities, menilai, ketertarikan investor menyerap obligasi fokus berpatokan terhadap dua hal yaitu tingkat rating dan besaran kupon. Sementara, tingkat utang dan kinerja keuangan emiten biasanya kurang digubris oleh investor yang meminati obligasi. Meski demikian, jika rating penerbitan obligasi yang akan datang ternyata lebih rendah dibandingkan penerbitan obligasi sebelumnya maka obligasi bisa kurang terserap.
"Investor akan bertanya, apakah ada
something wrong sehingga peringkatnya turun," ujar Reza. Victoria Venny, Analis MNC Securities, menilai, positif tujuan emiten telekomunikasi menerbitkan obligasi untuk refinancing atau pembangunan infrastruktur. "Pada akhirnya DER mereka akan semakin kecil," ujarnya. Menurut Victoria penerbitan obligasi emiten telko masih masih menarik jika melihat kupon yang ditawarkan dan tingkat rating dari lembaga pemeringkat. "Apalagi dengan kondisi market sekarang, maka obligasi termasuk produk investasi pilihan kedua," tambahnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie