KONTAN.CO.ID - Hampir satu tahun, akhirnya Bank Indonesia (BI) kembali memangkas suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (7DRR)) sebesar 25 basis point (bps) menjadi 4,5%. Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan tersebut diambil dengan mempertimbangkan empat hal. Pertama, inflasi yang lebih rendah dan akan lebih rendah dibanding perkiraan sebelumnya. Perry mengatakan, pihalnya memperkirakan inflasi tahun ini akan mencapai 4%. Angka itu telah memperhitungkan dampak kenaikan tarif listrik. Sementara inflasi inti tahun ini akan diperkirakan akan mencapai 3%. Tak hanya itu, inflasi tahun depan juga diperkirakan akan tetap terjaga di bawah 3,5%. "Penurunan inflasi yang lebih rendah dibanding yang dulu itu membuka ruang bagi kebijakan penurunan suku bunga. Ini konsisten dengan kerangka kebijakan moneter kami yang menjangkar inflasi ke depan sesuai sasaran," kata Perry, Selasa (22/8). Kedua, defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang terkendali yang membuat keseimbangan eksternal Indonesia tetap terjaga. Pihaknya memperkirakan, CAD tahun ini akan berada di kisaran 1,5%-2% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan CAD tahun depan di kisaran 2%-2,5% dari PDB. Ketiga, kenaikan suku bunga acuan The Fed diperkirakan lebih kecil dan tertunda. Perry bilang, sebelumnya BI memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi di tahun ini. Tetapi sekarang diperkirakan hanya satu kali lagi di Desember sebesar 25 bps dengan probabilitas yang lebih rendah. "Sehingga ini menjaga interest rate diferensia," tambahnya.
Empat alasan BI pangkas suku bunga acuan jadi 4,5%
KONTAN.CO.ID - Hampir satu tahun, akhirnya Bank Indonesia (BI) kembali memangkas suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (7DRR)) sebesar 25 basis point (bps) menjadi 4,5%. Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan tersebut diambil dengan mempertimbangkan empat hal. Pertama, inflasi yang lebih rendah dan akan lebih rendah dibanding perkiraan sebelumnya. Perry mengatakan, pihalnya memperkirakan inflasi tahun ini akan mencapai 4%. Angka itu telah memperhitungkan dampak kenaikan tarif listrik. Sementara inflasi inti tahun ini akan diperkirakan akan mencapai 3%. Tak hanya itu, inflasi tahun depan juga diperkirakan akan tetap terjaga di bawah 3,5%. "Penurunan inflasi yang lebih rendah dibanding yang dulu itu membuka ruang bagi kebijakan penurunan suku bunga. Ini konsisten dengan kerangka kebijakan moneter kami yang menjangkar inflasi ke depan sesuai sasaran," kata Perry, Selasa (22/8). Kedua, defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang terkendali yang membuat keseimbangan eksternal Indonesia tetap terjaga. Pihaknya memperkirakan, CAD tahun ini akan berada di kisaran 1,5%-2% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan CAD tahun depan di kisaran 2%-2,5% dari PDB. Ketiga, kenaikan suku bunga acuan The Fed diperkirakan lebih kecil dan tertunda. Perry bilang, sebelumnya BI memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi di tahun ini. Tetapi sekarang diperkirakan hanya satu kali lagi di Desember sebesar 25 bps dengan probabilitas yang lebih rendah. "Sehingga ini menjaga interest rate diferensia," tambahnya.