KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tahun 2019 sejumlah bank tengah berupaya untuk menaikkan peringkat bank umum kelompok usaha (BUKU) ke kategori BUKU III dengan modal inti Rp 5 triliun hingga di bawah Rp 30 triliun. Salah satunya yakni PT Bank BNI Syariah yang sampai pertengahan kuartal II-2019 sudah memiliki modal inti sebesar Rp 4,4 triliun. Direktur BNI Syariah Dhias Widhiyati mengatakan selain mengharapkan tambahan modal dari induk perusahaan yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), pihaknya juga sudah memiliki strategi untuk naik BUKU. Salah satunya yaitu melalui strategi organik dengan memanfaatkan laba ditahan. Ada pula rencana anorganik yang sedang dikaji BNI Syariah adalah inbreng aset tetap (penyertaan modal berupa aset tetap) dan setoran modal dari pemegang saham.
Pihaknya optimistis tahun ini setidaknya pertumbuhan pembiayaan dapat didorong hingga 25%. Lewat pertumbuhan tersebut, pihaknya berharap pertumbuhan laba bisa moderat naik di kisaran 35% tahun ini. Memakai asumsi tersebut setidaknya modal inti BNI Syariah di akhir tahun dapat naik mencapai Rp 4,8 triliun atau mendekati syarat BUKU III. "Sejalan dengan pertumbuhan bisnis, rasio CAR (
capital adequacy ratio) BNI Syariah per Mei 2019 menjadi 18,28% dari sebelumnya 19,30% per Desember 2018," terangnya kepada Kontan.co.id, Kamis (20/6). Dhias mengakui saat ini pihaknya masih membutuhkan tambahan modal sekitar Rp 600 miliar lagi untuk menggapai BUKU III. BNI Syariah optimistis di tahun 2019 atau 2020 sudah dapat naik ke kelas bank menengah. Ada beberapa peluang yang bakal ditangkap oleh BNI Syariah bila telah naik kelas. Salah satunya adalah dengan membuka jaringan di luar negeri sehingga dapat menjangkau nasabah lebih luas di regional Asia. "Tentunya hal ini membutuhkan kajian lebih lanjut tentang wilayah mana saja yang akan dipilih untuk lokasi
outlet luar negeri," sambung Dhias. Secara jangka panjang, visi BNI Syariah memang ingin menjadi bank syariah yang modern dan berkualitas global sehingga dapat memenuhi seluruh kebutuhan nasabah lewat produk dan layanan BNI Syariah. Terutama di kawasan Asia. Bukan cuma BNI Syariah saja, dua anak usaha milik PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) yakni PT Bank BRI Agroniaga Tbk (BRI Agro) dan PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS) juga punya niat serupa. Namun, dari dua bank ini yang paling mendekati naik kelas adalah BRI Agro. Direktur Utama BRI Agro Agus Noorsanto menyampaikan kalau di semester II-2019 ini pihaknya bakal melakukan aksi korporasi lewat
rights issue dengan incaran dana sebesar Rp 700 miliar. Menurutnya, per kuartal II 2019 ini modal inti perseroan sudah lebih dari Rp 4,4 triliun. Praktis, kalau seluruh target dana tercapai maka BRI Agro secara otomatis akan naik ke BUKU III. "Rencana
rights issue dijalankan semester II-2019, diharapkan (BRI Agro) bisa segera naik kelas ke BUKU III," ujarnya. Setelah naik ke BUKU III, Agus berharap BRI Agro bisa semakin mendorong pertumbuhan bisnis lebih kencang. Terutama dari sisi pendanaan, kredit dan juga
fee based income. Tak cuma itu, pengembangan bisnis ke arah digital juga menjadi fokus utama BRI Agro jika sudah naik ke BUKU III. Bank bersandi bursa AGRO ini membeberkan kalau pasca naik ke BUKU III nanti pihaknya bakal memperkuat digitalisasi di bidang layanan serta meluncurkan produk-produk digital baik kredit maupun simpanan. "Kami juga akan kolaborasi dengan
fintech yang berbasis di ekosistem agribisnis," terangnya. Di samping itu, bisnis keagenan seperti asuransi dan pembayaran yang berbasis ke sektor agribisnis juga akan digarap sesegera mungkin oleh perusahaan. "Tentu dengan BUKU III, kami lebih leluasa untuk akses pendanaan ke institusi, BUMN, korporasi. Karena paling tidak pricing BUKU III akan lebih rendah dibanding BUKU II," jelasnya. Tahun 2019 ini, BRI Agro memang memasang target cukup tinggi terutama dari sisi kredit sebesar 25% secara yoy. Di sisi lain, BRI Syariah juga punya peluang yang sangat besar untuk naik ke BUKU III. Lihat saja, per Maret 2019 posisi modal inti BRIS sudah menyentuh Rp 4,69 triliun. Perusahaan hanya membutuhkan minimal Rp 300 miliar untuk bisa masuk ke BUKU III. Sayangnya, Sekretaris Perusahaan BRI Syariah Indri Tri Handayani tak dapat merinci secara detail strategi perusahaan. Menurutnya, jika naik ke BUKU III pihaknya akan tetap menyasar segmen yang sama yakni UMKM. "Sementara ini (strategi) masih sama," singkatnya. Bukan cuma anak usah bank BUMN saja yang punya rencana naik BUKU. Bank swasta yakni PT Bank Woori Saudara Tbk (BWS) juga punya niatan serupa. Direktur Risiko dan Kepatuhan BWS I Made Mudiastra menyebut per Mei 2019 posisi modal inti perusahaan sudah menyentuh Rp 4,47 triliun. Kendati tinggal sedikit lagi untuk naik ke BUKU III 2019, Made menilai rencana itu baru bisa direalisasi tahun depan. Wajar, pihaknya tidak punya strategi khusus seperti mencari dana di pasar atau suntikan modal untuk memperkuat modal inti.
"Rencana kami naik ke BUKU III 2020 dengan pertumbuhan organik dari laba saja," katanya. Tahun ini, BWS menargetkan laba bersih bisa mencapai Rp 650 miliar. Laba tersebut dapat diperoleh lewat pertumbuhan rata-rata kinerja terutama kredit dan DPK sebesar 10% secara yoy. Setelah naik BUKU III pihaknya akan tetap menyasar kredit korporasi baik perusahaan lokal maupun perusahaan Korea Selatan, segmen UKM dan kredit pemilikan rumah (KPR). "Kami akan kembangan digital juga lewat kerjasama dengan perusahaan
fintech," tuturnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi