JAKARTA. Selama beberapa minggu terakhir, nilai rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) mulai bangkit lagi. Rupiah sudah berada di kisaran Rp 12.800 - Rp 12.950 per dollar AS setelah sempat menembus level Rp 13.000 per dolar AS. Penguatan nilai tukar rupiah ini merespon angin segar dari hasil rapat FOMC yang diselenggarakan tanggal 17-18 Maret lalu. Dalam rapat tersebut, Bank Central AS (The Fed) menyatakan masih akan memantau perkembangan data-data pada kuartal II tahun ini dan tidak akan terburu-buru menaikkan tingkat suku bunga acuan di pertengahan tahun. Sinyal penundaan ini serta masih data tenaga kerja AS yang lebih rendah dari perkiraan memicu pelemahan nilai tukar dollar terhadap mata uang Asia termasuk Indonesia.
Empat faktor membayangi pelemahan rupiah
JAKARTA. Selama beberapa minggu terakhir, nilai rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) mulai bangkit lagi. Rupiah sudah berada di kisaran Rp 12.800 - Rp 12.950 per dollar AS setelah sempat menembus level Rp 13.000 per dolar AS. Penguatan nilai tukar rupiah ini merespon angin segar dari hasil rapat FOMC yang diselenggarakan tanggal 17-18 Maret lalu. Dalam rapat tersebut, Bank Central AS (The Fed) menyatakan masih akan memantau perkembangan data-data pada kuartal II tahun ini dan tidak akan terburu-buru menaikkan tingkat suku bunga acuan di pertengahan tahun. Sinyal penundaan ini serta masih data tenaga kerja AS yang lebih rendah dari perkiraan memicu pelemahan nilai tukar dollar terhadap mata uang Asia termasuk Indonesia.