KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Biarpun realisasi pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (
smelter) nasional masih jauh panggang dari api, bolehlah kita mengapresiasi proyek
smelter yang sudah jadi. Mulai kuartal I-2018, PT Megah Surya Pertiwi mengoperasikan smelter feronikel lini keempat berkapasitas 60.000 ton per tahun di Kepulauan Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Alhasil, kini, Megah Surya memiliki
smelter feronikel berkapasitas 240.000 ton per tahun. Mereka menghabiskan total anggaran US$ 380 juta untuk empat lini
smelter. Pembangunan tiga lini
smelter terdahulu berlangsung mulai kuartal II 2015. Ketiganya lalu beroperasi per kuartal IV 2016.
Pembangunan
smelter lini keempat memakan waktu setahun. "Tahun 2017 kami konstruksi dan kuartal I tahun 2018 sudah beroperasi," kata Teddy Badrujaman, Presiden Direktur PT Megah Surya Pertiwi, saat ditemui, Kamis malam (31/5). Megah Surya lebih banyak menjajakan feronikel ke pasar luar negeri. Hingga April 2018, mereka menjual 36.000 ton dari total produksi 49.000 ton ke pasar ekspor. Penyerap utama adalah China. Tak puas dengan empat lini
smelter, Megah Surya menyiapkan lini kelima dan keenam. Perusahaan patungan Harita Group dan Xinxing Ductile Iron Pipes Co. Ltd. itu, juga akan meningkatkan kapasitas pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) untuk mendukung operasional
smelter. Harita Group juga mengoperasikan
smelter grade alumina atau fasilitas pengolahan bauksit berkapasitas 1 juta ton per tahun melalui perusahaan patungan PT Well Harvest Winning Alumina Refinery. Harita Group mengempit 30% saham Well Harvest lewat PT Cita Mineral Investindo Tbk. Pemilik saham selebihnya yakni 56% China Hongqiao Group Limited, 9% Winning Investment (HK) Company Ltd. dan 5% Shandong Weiqiao Alumunium & Electricity Co., Ltd. Well Harvest akan mengerek kapasitas smelter menjadi 2 juta ton per tahun. Mereka mengaku, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sudah merestui rencananya. "Beda dengan pembangunan
line pertama, (yang kedua) memakai lahan yang ada, jadi tidak begitu rumit," ujar Stevi Thomas, Direktur PT Well Harvest Winning Alumina Refinery.
Sementara sepanjang Januari-April 2018,
smelter Well Harvest menghasilkan 339.928 ton alumina. Sebanyak 326.805 ton alumina mereka jual ke pasar mancanegera. Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Maret 2018, masih ada beberapa perusahaan yang sama sekali belum membangun
smelter. Smelter nikel contohnya, tiga dari 16 perusahaan belum membangun. Padahal pembangunan
smelter adalah syarat wajib bagi perusahaan pertambangan yang ingin mengekspor mineral mentah. Pembangunan smelter perusahaan sebesar PT Freeport Indonesia juga tak kunjung menunjukkan perkembangan signifikan. Dalam catatan Kontan.co.id Februari 2018, Kementerian ESDM menyebutkan tahap pembangunan fisik
smelter Freeport baru 2,4%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi