JAKARTA. Krisis Amerika yang juga menghantui Indonesia membuat produsen hilir baja merasakan kekhawatiran akan produk baja asal China. Sebabnya, Indonesia masih menjadi pasar yang potensial. Empat produsen baja diantaranya paku, kawat, pipa, dan seng meminta kepada pemerintah untuk menerapkan tata niaga impor baja, safeguard, serta anti dumping. "Yang paling cepat bisa dilaksanakan adalah tata niaga impor," tegas Ansari Bukhari, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Tekstil, dan Aneka Departemen Perindustrian (Depperin). Menurut Ansari, ia bersama dengan Indonesian Iron and Steel Industry Asosiation (IISIA) telah melakukan rapat pekan lalu. Ansari bilang jika China mengalihkan produknya dari Amerika ke Indonesia maka akan menghancurkan industri baja dalam negeri. Ketua III IISIA Ismail Mandry mengimbuhkan, ia telah membahas permasalahan ini dengan Depperin. "Pekan lalu kita bahas," tegasnya. Menurut Ismail, jika pemerintah tidak segera memberlakukan aturan tata niaga maka industri dalam negeri akan terancam bahkan bisa bangkrut. Ismail bilang saat ini China memiliki 450 juta baja. Jika China menjual bajanya di Indonesia sebanyak 10 juta saja maka produk baja dalam negeri akan sulit bersaing. Apalagi, saat ini sudah banyak perusahaan baja yang telah tutup. "Ada empat perusahaan paku yang telah tutup di Surabaya dan Banten," paparnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Empat Produsen Baja Minta Tata Niaga Impor
JAKARTA. Krisis Amerika yang juga menghantui Indonesia membuat produsen hilir baja merasakan kekhawatiran akan produk baja asal China. Sebabnya, Indonesia masih menjadi pasar yang potensial. Empat produsen baja diantaranya paku, kawat, pipa, dan seng meminta kepada pemerintah untuk menerapkan tata niaga impor baja, safeguard, serta anti dumping. "Yang paling cepat bisa dilaksanakan adalah tata niaga impor," tegas Ansari Bukhari, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Tekstil, dan Aneka Departemen Perindustrian (Depperin). Menurut Ansari, ia bersama dengan Indonesian Iron and Steel Industry Asosiation (IISIA) telah melakukan rapat pekan lalu. Ansari bilang jika China mengalihkan produknya dari Amerika ke Indonesia maka akan menghancurkan industri baja dalam negeri. Ketua III IISIA Ismail Mandry mengimbuhkan, ia telah membahas permasalahan ini dengan Depperin. "Pekan lalu kita bahas," tegasnya. Menurut Ismail, jika pemerintah tidak segera memberlakukan aturan tata niaga maka industri dalam negeri akan terancam bahkan bisa bangkrut. Ismail bilang saat ini China memiliki 450 juta baja. Jika China menjual bajanya di Indonesia sebanyak 10 juta saja maka produk baja dalam negeri akan sulit bersaing. Apalagi, saat ini sudah banyak perusahaan baja yang telah tutup. "Ada empat perusahaan paku yang telah tutup di Surabaya dan Banten," paparnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News