JAKARTA. Awal tahun 2014 ternyata tak memberi berkah bagi saham-saham sektor komoditas. Ini setidaknya terlihat dari kinerja beberapa saham berbasis komoditas baik minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) maupun batubara sejak 2 Januari hingga 11 Februari 2014 alias year-to-date (YTD). Berdasarkan statistik Bursa Efek Indonesia (BEI), ada empat saham berbasis komoditas yang masuk jajaran 10 dengan kinerja terburuk dalam periode tersebut. Saham pertama adalah PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang anjlok 13,3% ytd menjadi Rp 945 per saham. Saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) turut masuk ke dalam daftar laggard di 2 Januari-11 Februari 2014 lantaran turun 7,9% ytd ke level Rp 23.125 per saham. Saham ketiga yang turut masuk dalam daftar merah adalah PT Smart Tbk (SMAR). Harga saham emiten kebun milik Grup Sinar Mas ini turun 10,8% ytd ke level Rp 7.000 per saham. Saham terakhir yang turut masuk daftar laggard adalah PT United Tractors Tbk (UNTR) yang turun 2,9% ytd menjadi Rp 18.450 per saham. Hans Kwee, Direktur EMCO Asset Management mengatakan, terdapat perbedaan sentimen yang menerpa saham-saham komoditas CPO dan batubara. Tekanan yang dihadapi emiten CPO terkait erat dengan harga global yang turun akibat pelemahan ringgit Malaysia. Mata uang Negeri Jiran salah satu faktor penentu pergerakkan harga CPO lantaran Malaysia merupakan produsen terbesar dunia. Tak hanya itu, secara historis, harga CPO dunia memang selalu turun di periode Februari-September setiap tahunnya. "Pada periode selepas musim hujan ini, produksi biasanya naik yang juga mendorong peningkatkan persediaan CPO," jelas Hans. Sementara sentimen yang menerpa saham-saham batubara tidak jauh berbeda dengan yang sudah terjadi sejak pertengahan 2012 lalu. Harga jual batubara dunia memang belum menunjukkan sinyal perbaikan. Terlebih, China sebagai konsumen utama justru banyak mengeluarkan kebijakan yang mengerem impor batubara.Dengan kondisi tersebut, Hans menyarankan investor untuk wait and see terlebih dahulu atas saham-saham batubara. Sementara prospek CPO secara jangka menengah-panjang, lanjut Hans, akan positif. "Jika terjadi koreksi, saya merekomendasikan buy on weakness saham-saham CPO," ungkap Hans.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Empat saham komoditas memberatkan IHSG
JAKARTA. Awal tahun 2014 ternyata tak memberi berkah bagi saham-saham sektor komoditas. Ini setidaknya terlihat dari kinerja beberapa saham berbasis komoditas baik minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) maupun batubara sejak 2 Januari hingga 11 Februari 2014 alias year-to-date (YTD). Berdasarkan statistik Bursa Efek Indonesia (BEI), ada empat saham berbasis komoditas yang masuk jajaran 10 dengan kinerja terburuk dalam periode tersebut. Saham pertama adalah PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang anjlok 13,3% ytd menjadi Rp 945 per saham. Saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) turut masuk ke dalam daftar laggard di 2 Januari-11 Februari 2014 lantaran turun 7,9% ytd ke level Rp 23.125 per saham. Saham ketiga yang turut masuk dalam daftar merah adalah PT Smart Tbk (SMAR). Harga saham emiten kebun milik Grup Sinar Mas ini turun 10,8% ytd ke level Rp 7.000 per saham. Saham terakhir yang turut masuk daftar laggard adalah PT United Tractors Tbk (UNTR) yang turun 2,9% ytd menjadi Rp 18.450 per saham. Hans Kwee, Direktur EMCO Asset Management mengatakan, terdapat perbedaan sentimen yang menerpa saham-saham komoditas CPO dan batubara. Tekanan yang dihadapi emiten CPO terkait erat dengan harga global yang turun akibat pelemahan ringgit Malaysia. Mata uang Negeri Jiran salah satu faktor penentu pergerakkan harga CPO lantaran Malaysia merupakan produsen terbesar dunia. Tak hanya itu, secara historis, harga CPO dunia memang selalu turun di periode Februari-September setiap tahunnya. "Pada periode selepas musim hujan ini, produksi biasanya naik yang juga mendorong peningkatkan persediaan CPO," jelas Hans. Sementara sentimen yang menerpa saham-saham batubara tidak jauh berbeda dengan yang sudah terjadi sejak pertengahan 2012 lalu. Harga jual batubara dunia memang belum menunjukkan sinyal perbaikan. Terlebih, China sebagai konsumen utama justru banyak mengeluarkan kebijakan yang mengerem impor batubara.Dengan kondisi tersebut, Hans menyarankan investor untuk wait and see terlebih dahulu atas saham-saham batubara. Sementara prospek CPO secara jangka menengah-panjang, lanjut Hans, akan positif. "Jika terjadi koreksi, saya merekomendasikan buy on weakness saham-saham CPO," ungkap Hans.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News