Empat saham masuk FTSE Global Small Cap, begini prospeknya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. FTSE Russell baru saja mengeluarkan daftar baru saham-saham yang masuk dan keluar dalam indeks global. Dari pasar Indonesia, lembaga penyedia data dan indeks pasar modal ini memasukkan empat saham ke indeks global ini.

Mengutip hasil review semi-annual yang dirilis Rabu (28/2) lalu, indeks FTSE Global untuk wilayah Asia Pasifik kecuali Jepang memasukkan empat saham emiten Indonesia ke dalam indeks FTSE Global Small Cap. Keempat saham yang masuk ke dalam indeks tersebut adalah PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP). PT Kresna Graha Sekurindo Tbk (KREN), dan PT Sentul City Tbk (BKSL).

Di sisi lain, FTSE mengeluarkan tiga saham dari indeks, yakni PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA), PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL), dan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA).


Indeks ini juga memindahkan saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dari indeks large cap menjadi saham mid cap, lantaran nilai kapitalisasi pasar dua saham ini menurun.

Pengamat Pasar Modal Muhammad Alfatih menilai, masuknya BRPT, INKP, KREN, dan BKSL ke dalam indeks saham global menjadi sentimen positif untuk keempat saham ini.

"Ketika suatu saham masuk indeks global, reksadana asing yang menggunakan indeks tersebut sebagai acuan otomatis akan menambah kepemilikan saham sesuai dengan indeks tersebut," terangnya, Kamis (1/3). Dengan begitu, volume transaksi keempat saham ini berpotensi ikut naik.

Tak hanya volume transaksi yang terkena dampak dari review indeks ini. Harga empat saham yang jadi anggota baru indeks ini berpotensi naik.

Meski begitu, saham KIJA, GJTL, dan AISA belum tentu turun drastis lantaran didepak dari indeks ini. "Selama investor melihat tiga saham tersebut masih prospektif, mereka mungkin masih melirik saham-saham ini sehingga penurunan harga saham KIJA, GJTL, dan AISA masih tertahan," prediksi Alfatih.

Namun, bukan berarti masuknya empat saham ini ke dalam indeks FTSE Global menjadikannya langsung kebanjiran dana asing. Menurut Alfatih, itu semua tergantung besarnya dana kelolaan alias asset under management (AUM) manajer investasi yang menjadikan indeks tersebut sebagai acuan (underlying asset).

Di sisi lain, Managing Director Investa Saran Mandiri Jhon Veter menilai, perubahan daftar saham di indeks FTSE Global ini belum tentu memberikan dampak besar ke saham-saham yang dimasukkan ke dalam indeks dan dikeluarkan dari indeks tersebut. "Investor asing masih lebih banyak menjadikan indeks MSCI sebagai acuan dibanding indeks FTSE global," ujarnya.

Walau begitu, masuknya saham INKP dilihat jadi saham yang paling menarik untuk dikoleksi. Tingginya kebutuhan kertas dunia membuat saham ini memiliki fundamental yang baik di masa depan. Pada penutupan perdagangan hari ini, saham INKP menguat 3,72% ke level Rp 11.150 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini