Energi Baru Terbarukan (EBT) Menjanjikan, Emiten Berlomba-lomba Garap Segmen Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Energi bersih serta baru terbarukan (EBT) masih menjanjikan. Buktinya, sejumlah emiten berlomba-lomba menggarap segmen ini, mulai dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) hingga kendaraan listrik.

Tak segampang itu, hasil jerih payah emiten dalam mendiversifikasi bisnisnya ke segmen EBT dinilai baru akan dirasakan dalam jangka panjang. Analis Henan Putihrai Sekuritas Ezaridho Ibnutama mencontohkan, pendapatan PT Indika Energy Tbk (INDY) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang masih didominasi oleh penjualan batubara. Sementara itu, kontribusi segmen energi bersih masih cukup mini.

INDY misalnya. Per kuartal pertama 2023 mengantongi pendapatan dari segmen bisnis hijau senilai US$ 2,71 juta. Jika dibandingkan dengan pendapatan INDY yang mencapai US$ 906,83 juta, bisnis hijau hanya berkontribusi 0,29% dari total pendapatan INDY. “Namun INDY adalah salah satu leader dalam hal diversifikasi di luar sektor batubara,” kata Ezar kepada Kontan.co.id, Senin (10/7).


Baca Juga: IHSG Menguat ke 6.731, BBRI, BBCA, GGRM Paling Banyak Net Buy Asing Hari Ini (10/7)

Berbagai diversifikasi usaha dilakukan INDY agar mengurangi paparan di segmen tambang batubara. Di segmen green minerals misalnya,  saat ini INDY  merambah ke bisnis nikel dan masuk ke segmen smelter bauksit.

Di segmen kendaraan listrik, INDY mendiversifikasi usahanya dengan memproduksi motor listrik Alva One. INDY juga membuat joint venture (JV) dengan Foxconn dalam hal produksi bus listrik.”Sepertinya mereka akan menjadi salah satu pesaing BYD Bakrie Group untuk supplier bus listrik di Indonesia,” sambung Ezar.

Senada, Pengamat Pasar Modal Teguh Hidayat menilai, saat ini emiten tambang batubara masih akan menggantungkan nasibnya pada komoditas energi tersebut. “Mungkin (diversifikasi EBT) baru akan bisa menghasilkan pendapatan yang signifikan bagi setiap emiten sekitar 5 tahun sampai 10 tahun lagi dari sekarang. Jadi dalam waktu yang lebih pendek, belum akan bisa menutupi potensi penurunan pendapatan dari melemahnya harga batubara,” kata Teguh kepada Kontan.co.id, Senin (10/7).

Baca Juga: United Tractors (UNTR) Pacu Bisnis Non Batubara

Analis Maybank Sekuritas Indonesia Richard Suherman melihat, diversifikasi PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) ke smelter aluminium akan bekontribusi terhadap kinerja keuangan ADRO mulai dari 2026 dan seterusnya. Hal ini akan membantu mengurangi sensitivitas pendapatan ADRO dari ketidakstabilan harga batubara.

Asal tahu, ADRO merambah bisnis aluminium  melalui anak usahanya, yakni PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR). ADMR nantinya akan mengembangkan smelter aluminium.

Sementara itu, Richard juga menyambut positif langkah PT  United Tractors Tbk (UNTR) yang berinvestasi di energi terbarukan dan sektor lain di luar batubara termal. “Meskipun menurut kami ini akan membutuhkan waktu untuk membuahkan hasil, tetapi sebagian akan mengimbangi sentimen negatif investor terhadap sektor batubara, yang seharusnya menjadi katalis positif bagi valuasi UNTR dalam jangka panjang,” kata Richard.

Baca Juga: Mitra Investindo (MITI) Menambah Daftar Panjang Emiten yang Masuk ke Bisnis EBT

Teguh juga mengamini, UNTR menjadi emiten yang paling sukses dalam mendiversifikasi bisnisnya, baik di sektor pertambangan logam maupun EBT. Asal tahu, melalui PT Energia Prima Nusantara, UNTR resmi menambah kepemilikan saham di PT Arkora Hydro Tbk (ARKO), operator Pembangkit Listrik Mini Hydro (PLTM).  Total kepemilikan Grup Astra melalui UNTR di ARKO bertambah menjadi sebesar 31,49%.

“Sebenarnya jika dibandingkan dengan PLTS, PLTM ini investasinya lebih murah. Dan UNTR bisa mewujudkan itu,” sambung dia.

Ezar merekomendasikan beli saham INDY dengan target harga Rp 2.910 per saham. Sementara Richard merekomendasikan buy saham UNTR dengan target harga Rp 28.000 per saham.

Rekomendasi hold disematkan Richard untuk saham ADRO dan PTBA dengan target harga masing-masing Rp 2.300 per saham dan Rp 2.400 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .