ENRG butuh Rp 3 triliun lebih



JAKARTA. Perusahaan minyak dan gas PT Energy Mega Persada Tbk (ENRG) haus dana di tahun ini. ENRG menganggarkan belanja modal senilai Rp 1,7 triliun dan belanja operasional sebesar Rp 1,4 triliun.

Manajemen ENRG optimistis kebutuhan dana itu bisa mereka penuhi dengan kas sendiri. "Semuanya kami penuhi dari kas internal saja dan itu sudah tersedia," kata Imam Agustino, Direktur Utama ENRG, Selasa (31/5).

Tapi jika melihat laporan keuangan ENRG per akhir kuartal pertama 2011, ENRG sepertinya membutuhkan sumber pendanaan eksternal. Di akhir Maret 2011 emiten ini hanya mengantongi dana Rp 138 miliar.


Herwin Hidayat, Investor Relations ENRG, mengatakan, posisi kas perusahaan lebih kuat karena perolehan laba. "Tapi, saya lupa posisi tepatnya," kata dia.

Namun ENRG tak menutup kemungkinan mencari pendanaan dari luar, seperti menerbitkan obligasi. Rencana penerbitan obligasi pernah diungkap ENRG tahun lalu. "Kami masih lihat beberapa alternatif, dan sudah menjaga cash flow secara baik," lanjut Imam.

Pengelola ENRG optimistis bisnisnya bisa tumbuh tinggi setelah pengoperasian blok minyak dan gas (migas) di Kangean, Jawa Timur serta Bentu, Riau.

Harga gas

ENRG menargetkan, produksi minyak dan gas sepanjang tahun ini sebanyak 17.000 barel per hari, naik dibanding 13.100 barel per hari di 2010. ENRG berpeluang mencapai target ini mengingat rata-rata produksi hingga akhir kuartal I adalah 15.000 barel per hari.

Di saat harga minyak cenderung mahal, ENRG menikmati harga jual gas yang lebih kompetitif. Tentu, perbaikan harga jual akan berdampak positif terhadap penjualan.

Harga gas ENRG saat ini US$ 3,5 per barel, lebih tinggi daripada tahun lalu, yaitu US$ 2,7 per barel. Emiten ini menetapkan target harga jual US$ 5 per barel di 2012. "Kami juga puas karena kembali membukukan laba bersih, " tambah Imam.

Imam mengklaim, kinerja keuangan ENRG semakin membaik. Rasio pinjaman terhadap ekuitas alias debt to equity (DER) sebesar 0,6 kali. Laba bersih sebelum depresiasi, amortisasi dan pajak di akhir 2011 diprediksi berkisar US$ 80 juta hingga US$ 100 juta. Perusahaan ini juga menargetkan perolehan kontrak baru antara US$ 250 juta hingga US$ 350 juta di tahun 2012.

Tidak seperti induk usahanya PT Bakrie & Brother Tbk (BNBR) yang berniat melakukan kuasi reorganisasi, ENRG masih enggan melakukan bersih-bersih neraca. Padahal, ada defisit modal Rp 2 triliun. "Kami tidak melakukan itu karena sudah mencetak laba. Saat ini kami tengah growing," ucap Imam.

Reza Priyambada, Managing Research Indosurya Asset Management, mengatakan, penerbitan obligasi akan memberatkan ENRG karena harus membayar bunga. "Padahal, biasanya sebesar 50% pengeluaran sudah terpakai untuk pokok produksi," kata dia. Lazimnya, ucap Reza, urut-urutan pendanaan korporasi adalah rights issue, obligasi, dan pinjaman bank.

Dalam catatan Reza, DER ENRG memiliki kecenderungan naik setahun terakhir DER sebesar 0,8 kali di akhir kuartal I-2010 membengkak menjadi1 kali di akhir 2010. Angka itu kembali naik hingga 1,05 kali di akhir kuartalI-2011. Tak cuma itu, total nilai kewajiban emiten tersebut lebih besar daripada nilai modalnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie