EOR diproyeksikan bisa menahan laju penurunan lifting minyak bumi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lifting minyak Indonesia menjadi sorotan. Pasalnya, jika tak ada perbaikan teknologi, lifting minyak akan mengalami tren kemerosotan hingga tahun 2030 nanti, yang diproyeksikan hanya akan mencapai 281.000 barrels of oil per day (BOPD).

Padahal, menurut Wakil Kepala SKK Migas, Sukandar, di tahun 2017 lifting minyak sebesar 804.000 BOPD. Jumlah itu diproyeksikan akan menurun menjadi 775.000 BOPD pada tahun ini. Penurunan secara konsisten terjadi setiap tahun.

Senada, Direktur Jenderal (Dirjen) Minyak dan Gas (Migas) Kementerian ESDM, Djoko Siswanto, tak menyangkal, bahwa dari sisi produksi minyak Indonesia mengalami penurunan sejak tahun 2010.


Jika pada tahun 2010 produksi minyak bumi mencapai 945.000 barel per hari, pada tahun 2011 turun menjadi 902.000 barel per hari hingga pada tahun 2015 hanya bisa mencapai 786.000 barel per hari. Pada tahun 2016, sempat naik menjadi 836.000 barel per hari, namun turun kembali menjadi 801.000 barel per hari pada tahun 2017.

Hingga 22 Agustus 2018, angka operasional produksi minyak bumi berada di angka 773.000 barel per hari. Djoko menyebut, turunnya produksi itu disebabkan oleh sejumlah tantangan. Khususnya lapangan produksi yang sudah cukup tua sehingga menurunkan tingkat produktivitas.

"Juga ada dinamika ekonomi global yang mempengaruhi pergerakan harga yang berdampak pada investasi migas. Termasuk pada pemanfaatan lahan yang terkait dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan," jelas Djoko, Senin (27/8).

Editor: Handoyo .