KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo mengarahkan agar harga PCR Test dapat kembali ditekan hingga Rp 300.000. Persoalan harga PCR Test menjadi polemik di masyarakat terlebih usai diterapkan sebagai syarat wajib penumpang pesawat. Ahli Kesehatan Lingkungan dan Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, Indonesia pada dasarnya mampu untuk mencapai kemandirian alat PCR Test maupun Test Antigen. Dimana harga mesin PCR menurut Dicky lebih murah ketimbang investasi riset untuk vaksin. "Semua itu balik ke komitmen untuk mendorong kemandirian ini. Sekali lagi untuk mendorong kemandirian itu tinggal kemauan aja," ungkap Dicky kepada Kontan.co.id, Senin (25/10).
"Kita kemampuan itu ada tapi kalau kemauannya itu kurang, lebih senang impor karena kan impor itu lebih enak dari sisi profitnya pun lebih banyak pihak yang dapat. Itu yang menjebak dan merugikan dalam kemandirian," paparnya. Baca Juga: ARSSI sebut harga PCR Rp 300.000 tak tutup harga bahan baku Lebih lanjut, masih mahalnya harga PCR Test dikarenakan beberapa faktor. Diantaranya adanya ongkos jasa, investasi mesin, transportasi, pajak, serta reagen yang masih bergantung pada impor. Dari sisi kemampuan SDM juga mempengaruhi waktu hasil PCR Test beragam.