Epidemiolog: Pemerintah harus maksimalkan tes dan pelacakan Covid-19 ke masyarakat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyebaran virus Covid-19 semakin masif membuat pemerintah terpaksa semakin memperketat PPKM mikro. Epidemiolog Indonesia di Griffith University, Dicky Budiman mengatakan pengetatan tersebut tidak akan berdampak signifikan terhadap penurunan Covid-19.

Menurut perhitungan Dicky, jika pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) seperti sekarang ini, dengan tes covid-19 dan lacak yang minim kepada masyarakat, ini akan membuat Indonesia akan mengalami puncak pada akhir Juli, tetapi periode puncak ini bisa sampai dua mingguan dan baru melandai pertengahan hingga akhir Agustus.

Untuk itu, Dicky mengingatkan agar pemerintah lebih serius dalam melakukan tes dan lacak seperti di India. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan India yang pernah mencapai positivity rate sekitar 5%, bahkan di New Delhi bisa di bawah 5%. 


Baca Juga: Jokowi dikabarkan akan terapkan PPKM darurat mulai Rabu (30/6)

Pada saat itu, tes di India bisa mencapai 1 juta per hari. Sehingga, prakondisi mereka lebih baik dibandingkan Indonesia, kata Dicky.

“Sejauh ini itu Indonesia belum pernah mencapai positivity rate di bawah 5%. Bahkan, positivity rate dengan polyemerase chain reaction (PCR) secara nasional mencapai 42,25%. Sementara jika ditotal dengan antigen sebesar 25,7%,” kata Dicky kepada Kontan.co.id (29/6).

Saat mencapai puncak, penambahan kasus di Indonesia bisa mencapai 400.000 hingga sejuta per hari dan kematian tertinggi bisa mencapai 5.500 orang per hari. 

”Mungkin saja angka kasus ini tidak akan tercatat dalam laporan resmi karena tes kita terbatas. Tetapi, tingkat penularan di komunitas akan sebesar itu dan ini bisa terlihat dari tingginya kematian di luar rumah sakit,” tandasnya. 

Selanjutnya: Aturan PPKM mikro akan direvisi, mal hanya boleh beroperasi hingga pukul 17.00

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi