Epidemiolog sebut lockdown bukan satu-satunya pilihan, asal 3T digencarkan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah memperketat pembatasan kegiatan di tengah lonjakan kasus positif virus corona (Covid-19).

Pemerintah memperketat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro. Langkah itu dipilih dengan mengesampingkan opsi karantina wilayah atau lockdown.

Menanggapi kebijakan tersebut, Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman menyebut lockdown bukan satu-satunya pilihan. Meski begitu, upaya penemuan kasus harus ditingkatkan.

"Lockdown itu bukan satu-satunya, tapi harus ada pembatasannya tapi dengan 3T (tracing, testing, dan treatment) yang juga maksimal," ujar Dicky saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (21/6).

Dicky mencontohkan penanganan pandemi di Amerika Serikat. Menurutnya, Amerika Serikat tak menggunakan pembatasan secara ketat, namun angka pengetesan bisa mencapai 1 juta per hari dan vaksinasi telah melebihi 50% populasi.

Baca Juga: Lonjakan kasus covid-19, pemerintah diminta lakukan 7 hal ini

Sementara di Indonesia angka pengetesan kasus masih rendah. Dicky menyebut angka tes Covid-19 di Indonesia tak mengalami peningkatan selama pembatasan.

"Faktanya saja PPKM ini tidak ada peningkatan 3T kita tidak ada, cenderung stabil rendah," terang Dicky.

Selain itu, PPKM mikro yang selama ini diterapkan menurut Dicky masih belum berjalan dengan efektif. Hal itu terlihat dari lonjakan kasus yang terjadi saat ini.

"Dengan meningkatnya kasus, jelas PPKM itu tidak signifikan efektif," jelas Dicky.

Sebagai informasi, saat ini angka kasus positif Covid-19 di Indonesia telah menyentuh angka 2 juta kasus. Dari angka tersebut terdapat 147.728 kasus aktif.

Selanjutnya: PPKM mikro diperketat, penurunan pengunjung pusat belanja bisa sampai 30%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi