Era Biaya Dana Rendah Akan Usai, Begini Persiapan Perbankan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berakhirnya era bunga rendah akan membuat biaya dana atau cost of fund (CoF) perbankan ikut merangkak naik. Padahal, selama pandemi Covid-19 perbankan berhasil menekan CoF ke level yang sangat rendah. 

Bahkan kelompok bank besar masih menahan bunga simpanan di saat bunga acuan Bank Indonesia (BI) sudah naik 175 basis point (bps) dalam tiga bulan terakhir. Selain menjaga CoF, langkah ini juga perbankan ambil dalam menekan bunga kredit. 

Oleh sebab itu, perbankan semakin berlomba mengoptimalkan himpunan dana murah yang terdiri dari giro dan tabungan alias current account and saving account (CASA). Sehingga biaya dana dari deposito tetap terkendali. 


Agar tetap tetap memiliki CASA yang tinggi, perbankan jor-joran memberikan layanan digital sehingga dana murah ini tetap melengket. 

Baca Juga: Bank Panin Dubai Syariah Raih Laba Rp 169 Miliar hingga Kuartal III

PT Bank CIMB Niaga Tbk misalnya berhasil menekan CoF dari 2,16% di September 2021 menjadi 1,80% di September 2022. Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan menyatakan hal ini ditopang oleh peningkatan rasio CASA terhadap total dana pihak ketiga (DPK) dari 61,7% menjadi 67,7%. 

Ia menyatakan CASA naik 6,7% secata tahunan alias year on year (YoY) menjadi Rp 150,18 triliun. Sedangkan bank semakin selektif dalam menghimpun dana mahal sehingga deposito turun 17,7% you menjadi Rp 71,68 triliun di sembilan bulan pertama 2022. 

“Dalam mendorong pertumbuhan CASA ke depannya lebih jauh lagi dari wholesale lewat operating account, payroll, sedangkan untuk ritel lewat inisiatif digital,” paparnya. 

Lani menyatakan, untuk mendorong CoF lebih rendah dari di saat tren kenaikan suku bunga akan sangat menantang. Oleh sebab itu, lewat optimalisasi CASA, CIMB Niaga berupaya pertahan CoF yang ada saat  ini. 

Bank Syariah Indonesia (BSI) menyatakan akan terus mendorong pertumbuhan CASA di masa mendatang dalam mempertahankan CoF. Direktur Keuangan dan Strategi BSI Ade Cahyo Nugroho menyatakan bank memiliki kekuatan di produk tabungan sehingga tidak akan rentan terhadap pergerakan suku bunga acuan.  

“BSI memiliki himpunan tabungan terbaik nomor 5 di Indonesia dengan pertumbuhan 19,31% yoy mencapai Rp 108 triliun per September. Ditopang oleh produk tabungan wadiah yang khas syariah,” tuturnya. 

Sedangkan PT Bank Negara Indonesia Tbk juga mengandalkan pendanaan terutama dari CASA dengan rasio 70,9% DPK. Angka ini merupakan pencapaian yang tertinggi dalam beberapa tahun terakhir ini. 

Baca Juga: Agen Laku Pandai Dorong Transaksi, Dana Murah, hingga Kredit Perbankan

Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini mengaku kenaikan suku bunga acuan akan berdampak terhadap CoF deposito. Terlebih, BNI menyesuaikan bunga deposito valas 5 bps hingga 30 bps per per 1 Oktober 2022. 

“Apabila kita lihat pandangan ke depan, likuiditas akan semakin ketat, ini juga diiringi penyesuaian suku bunga simpanan terutama deposito. Kami proyeksikan cost of fund akan mulai meningkat mulai di kuartal keempat 2022,” tambahnya. 

Sedangkan Direktur Keuangan Bank Mandiri Sigit Prastowo menyatakan CoF Bank Mandiri sangat terbantu dengan kehadiran layanan Livin’ dan Kopra. Berkat layanan digital ini, rasio CASA Bank Mandiri secara bank only mencapai 73%. 

Oleh sebab itu, Bank Mandiri akan mempertahankan rasio CASA di level 73% hingga 75% pada tahun depan. Ia optimis dengan langkah ini maka CoF akan bisa dijaga di saat tren bunga tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi