KONTAN.CO.ID - Ketika tiba saatnya untuk memilih program studi di sekolah, siswa SMK Negeri Cibinong, Iqbal, mengambil keputusan dengan hati-hati. Dia tidak yakin apakah kurikulum saat ini akan membuatnya mendapat pekerjaan yang tetap. “Jenis pekerjaan yang teman-teman saya sekarang kerjakan tidak sesuai dengan bidang studi yang telah mereka ambil,” ungkapnya. Iqbal hidup pada masa dinamis di Indonesia, ketika negara ini menuju masa keemasan di era digital yang membutuhkan pekerja dengan keterampilan digital, seperti keamanan siber. Namun Indonesia juga menghadapi kekurangan tenaga kerja terampil yang dapat menghambat pertumbuhan industri teknologi. Hal ini berpotensi membuat Indonesia kehilangan pemasukan sekitar USD 21,8 miliar dengan kurs saat ini.
Sebagai jawaban, pengembangan sumber daya manusia yang terampil secara digital akan menjadi bagian yang terintegrasi dari target Presiden Joko Widodo untuk lima tahun ke depan, dengan tujuan tenaga kerja pada generasi baru ini sudah dilengkapi keterampilannya untuk berpartisipasi secara inklusif dan setara dalam bidang ekonomi digital. Sejalan dengan tujuan Presiden Jokowi, Mastercard telah meluncurkan Mastercard Academy 2.0, sebuah prakarsa yang dirancang khusus yang akan membantu masyarakat Indonesia seperti Iqbal untuk mendapatkan keterampilan digital selama tiga tahun ke depan. Pada tahun 2022, Mastercard Academy 2.0 menargetkan untuk membekali 100.000 orang Indonesia yang terdiri dari anak-anak sekolah, remaja, pengusaha dan para profesional yang tengah berada di level menengah dalam karir di Indonesia dengan keterampilan digital yang mereka butuhkan. Mereka diharapkan bukan hanya dapat berpartisipasi aktif dalam perjalanan transformasi digital Indonesia, tetapi juga untuk berkembang di dalamnya. Untuk memaksimalkan dampak dari program Mastercard Academy 2.0, Mastercard akan berkolaborasi dengan organisasi-organisasi pendidikan terkemuka di Indonesia untuk menyesuaikan kurikulum pendidikan dan sertifikasi dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. Organisasi-organisasi ini antara lain Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) Foundation, sebuah organisasi LSM yang memiliki pengalaman bertahun-tahun dalam memberikan lokakarya pendidikan khusus untuk kaum muda yang kurang beruntung dan rentan, dan InfraDigital Foundation, lembaga terkemuka yang berfokus pada pendidikan digital. Mastercard Academy 2.0 memiliki empat pilar yang membentang di berbagai segmen, memungkinkan peserta untuk memperoleh keterampilan untuk berhasil dalam era digital yang semakin meningkat. Keempat pilar tersebut adalah Girls4Tech, program sertifikasi keamanan siber dan penempatan kerja untuk siswa kejuruan, program toolkit keamanan siber, dan rangkaian acara bincang-bincang dengan pakar digital. Pondasi Pendidikan yang Kuat Sistem pembayaran memainkan peran penting dalam ekosistem digital, karena mereka menyokong segala sesuatu mulai dari e-commerce, moda transportasi hingga aplikasi seluler, dan relevansinya akan terus bergerak maju ke depan. Infrastruktur pembayaran digital akan membutuhkan pengembangan dan peningkatan yang berkelanjutan pada tahun mendatang, untuk menjaga proses pembayaran yang aman dan efisien. "Lembaga keuanganlah yang telah memberikan banyak dorongan untuk kemajuan di bidang keamanan siber," kata Ian McKenna, salah satu pendiri InfraDigital Foundation. "Untuk membangun infrastruktur pembayaran digital, kami memiliki komitmen bersama untuk meningkatkan keterampilan siswa kejuruan dan memenuhi tujuan pembangunan Indonesia." Progam sertifikasi keamanan siber dan penempatan kerja untuk program siswa kejuruan yang diluncurkan bersama oleh InfraDigital Foundation dan Mastercard telah menerima dukungan dari sejumlah pemangku kepentingan di sektor pendidikan, termasuk Pemerintah Provinsi Jawa Barat Divisi Pengawasan dan Evaluasi dan Kantor Pendidikan Provinsi Jawa Barat Divisi Jaminan Kualitas dan Btech. Prakarsa ini bertujuan tidak hanya untuk meningkatkan keterampilan siswa tetapi juga untuk membantu mereka untuk menemukan pekerjaan untuk memulai karir mereka. Menurutnya siswa yang berpartisipasi akan dilatih untuk mendapatkan keterampilan keamanan siber yang siap kerja dan memiliki etika kerja yang baik, contohnya seperti cara bekerja dalam sebuah tim dan lain-lain. “Melalui pendekatan kolaboratif inilah kami bertujuan untuk memberikan sumber daya yang dibutuhkan sekolah-sekolah kejuruan (SMK) dan guru mereka untuk membuat program ini berkembang dan mendapat hasil positif dari para peserta. Di akhir program, para siswa akan mendapatkan sertifikasi internasional untuk pelatihan keamanan siber dan juga penempatan kerja,” katanya. Proyek percontohan pelatihan keamanan siber menargetkan SMK dan guru-gurunya, program ini menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan. Program ini akan melibatkan 500 siswa SMK dan sekitar 200 guru dan akan berlangsung selama tiga tahun dengan total target 6.000 peserta. "Bantuan praktis dan di lapangan ini akan digabungkan dengan dukungan internasional dari Per Scholas yang berbasis di Amerika Serikat. Per Scholas adalah sebuah organisasi dengan rekam jejak pelatihan dan penempatan lulusan dengan penghasilan rendah dalam kemanan siber," kata Ian. Ian mencatat bahwa aspirasi siswa telah berubah belakangan ini. “Siswa-siswa ini telah mengubah tujuan mereka dari menjadi karyawan setelah lulus dari sekolah SMK menjadi wirausahawan,” katanya. STEM yang menyenangkan dan interaktif untuk generasi yang akan datang Mastercard Academy 2.0 juga berfokus pada anak-anak perempuan berusia 8 hingga 12 tahun. “Mengikuti kelas Girls4Tech akan membantu saya mempelajari cara memecahkan kode sehingga saya bisa menjaga orang-orang tetap aman saat online,” kata Nova Sari, peserta berusia 14 tahun dalam program tersebut. Program Girls4Tech Mastercard adalah prakarsa berkelanjutan yang telah diluncurkan di 28 negara. Di Indonesia, Mastercard akan bekerja dengan para pemangku kepentingan termasuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), pejabat sekolah dan masih banyak lagi untuk memperkenalkan kurikulum Girls4Tech kepada anak-anak perempuan di negara ini. “Selama tiga tahun ke depan, YCAB Foundation akan memberikan program Girls4Tech di tiga provinsi (Jawa Barat, Jawa Timur dan Banten) kepada 60.000 anak perempuan yang diharapkan juga akan memiliki dampak positif secara tidak langsung kepada 240.000 guru, orang tua, dan saudara kandung mereka,” kata CEO and Founder of YCAB Foundation, Veronica Colondam.
Program ini memungkinkan anak perempuan seperti Nova untuk menempuh pendidikan STEM dengan cara yang menyenangkan dan interaktif. Menurut Veronica hal ini memberi peluang bagi anak perempuan untuk lebih unggul dalam mata pelajaran STEM yang dapat membuat keadaan ekonomi mereka akan menjadi lebih baik karena pengetahuan STEM adalah dasar untuk akses ke pekerjaan di bidang teknologi pembayaran digital yang semakin canggih. “Ketika Indonesia memasuki revolusi Industri 4.0, sangat penting untuk menutup kesenjangan gender. Perkembangan teknologi di masa depan akan berlangsung dengan sangat cepat, dan kami membutuhkan tenaga kerja yang inklusif untuk mendukung inovasi dengan bakat dan sumber daya intelektual yang dibutuhkan," tambah Veronica. Kemitraan seperti mereka yang terlibat dengan Mastercard Academy 2.0 akan berperan penting dalam membantu masa depan digital yang sesungguhnya di Indonesia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ridwal Prima Gozal