KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Erajaya Swasembada Tbk (
ERAA) terus melebarkan sayap bisnisnya di empat lini usaha. Di tengah strategi diversifikasi itu, bisnis inti ERAA di segmen digital masih tetap menjadi tumpuan. Direktur PT Erajaya Swasembada Tbk Sim Chee Ping membeberkan, dalam dua tahun terakhir Erajaya Group fokus membangun empat pilar bisnis. Pertama, Erajaya Digital. Gerai Erafone, iBox, Samsung, Mi Store, telah menjadi penggerak mesin bisnis di segmen ini. Di samping empat format gerai tersebut, Erajaya akan mengembangkan Erablue yang bergerak di bisnis
consumer electronic. Secara total, per Maret 2022, Erajaya Digital memiliki 1.111 gerai. Pada tahun ini, ERAA akan tetap agresif dengan target penambahan hingga 500 gerai.
Baca Juga: Erajaya Swasembada (ERAA) Tebar Dividen Tunai Rp 362,48 miliar, Rp 22,8 per Saham "Peluang untuk ekspansi terbuka di ekosistem, smart devices dan IoT. Kami akan buka lebih banyak kesempatan lagi untuk berbisnis bersama investor melalui Erafone Cloud Retail Partner," sebut Sim dalam public expose yang digelar secara virtual, Kamis (23/6). Asal tahu saja, Erafone Cloud Retail Partner merupakan strategi ekspansi ERAA memperluas jangkauan bisnisnya hingga ke kota-kota level kedua dan ketiga (second-third tier). Lewat model gerai ini, ERAA mengusung konsep kemitraan dengan investor lokal. Lini bisnis kedua yang dikembangkan adalah Erajaya Active Lifestyle. Urban Republic, IT, Garmin, DJI, Marshall, dan JD Sport menjadi tumpuannya. Hingga Maret 2022, Erajaya Active Lifestyle punya 54 gerai. Rencananya akan menambah 10 gerai Garmin, 10 DJI, dan 7 gerai JD Sport di tahun ini. Ketiga, Erajaya Beauty & Wellness. Dalam segmen ini ERAA mengandalkan The Face Shop (cosmetic & skincare), Wellings (pharmacy), serta
business to business medical equipment distributorship. Hingga kuartal pertama lalu, Erajaya Beauty & Wellness punya 33 gerai. Targetnya, ERAA akan punya total 37 gerai The Face Shop di tahun ini, adan menambah enam gerai Wellings di kuartal III-2022. Keempat, ERAA mengembangkan Erajaya Food & Nourishment yang hingga Maret 2022 mempunyai 56 gerai. Dalam segmen ini ERAA sudah berinvestasi dan membentuk joint venture (JV) seperti dengan Sushi Tei Group, Paris Baguette, dan Grand Lucky. Sim bilang, ERAA berekspansi ke bisnis yang potensial dan diyakini mampu memberikan kontribusi yang baik bagi pertumbuhan Erajaya Group. ERAA pun tidak sendirian dalam menjalankan strategi ekspansi ini, melainkan mengajak mitra yang sudah punya pengalaman dan
brand ternama. "Misalnya Paris Baguette, kami sudah punya tujuh toko, dan hasilnya cukup bagus. Kami sangat yakin produk-produk bagus bisa diterima oleh masyarakat, demikian juga dengan bisnis yang lainnya," imbuh Sim. Hingga kuartal pertama 2022,
core business Erajaya Digital, masih sangat mendominasi dengan porsi 93% dari total penjualan. Sedangkan tiga bisnis lainnya baru menyumbang 7%. Rincinya, Active Lifestyle berkontribusi 5,7%, Food & Nourishment 1%, dan Beauty & Wellness yang baru menyumbang 0,4%. Dari sisi kategori, penjualan cellular phones & tablets masih dominan dengan porsi 79,2%. Sisanya datang dari accessories & others (10,1%), voucher (6,1%), dan computer & peralatan elektronik lainnya (4,5%).
Baca Juga: Masih Gencar Ekspansi, Tahun Ini Erajaya (ERAA) Akan Menambah 500 Gerai Baru Wakil Direktur Utama PT Erajaya Swasembada Tbk Hasan Aula membenarkan, kontribusi di luar segmen digital sebagai
core business memang masih mini untuk tahun ini. Ekspansi yang sedang gencar dilakukan diharapkan bisa menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, setidaknya dalam tiga tahun ke depan. Sebagai informasi, dalam periode kuartal I-2022, ERAA membukukan penjualan neto senilai Rp 11,47 triliun atau naik 5,81% dari posisi Rp 10,84 triliun pada Q1-2021. Seiring dengan pertumbuhan penjualan,
bottom line ERAA juga meningkat. Dalam tiga bulan pertama 2022, ERAA membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 295,09 miliar atau naik 6,07% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sayangnya, manajemen ERAA belum membeberkan secara rinci mengenai target kinerja keuangan maupun alokasi belanja modal (
capex) sepanjang tahun ini. Yang pasti, manajemen ERAA sedang mencermati perkembangan kondisi ekonomi yang bisa berdampak bagi bisnis ritel. Menurut Wakil Direktur Utama PT Erajaya Swasembada Tbk Joy Wahjudi, pengendalian pandemi covid-19 memang telah menjadi katalis positif bagi Erajaya Group. Namun jika tidak diantipasi, sentimen global dan makro ekonomi seperti kenaikan inflasi bisa membawa dampak negatif bagi pergerakan bisnis, termasuk di industri ritel. "Untuk itu, kami lebih hati-hati. Terutama dalam hal cost, kami lihat dan antisipasi hal-hal yang bisa memburuk. Misalnya inflasi tinggi, harga-harga naik, bisa ada konsekuensi ke daya beli di
end user," tandas Joy. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi