KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Prospek bisnis rokok elektrik mulai mengepul di Indonesia. Pasalnya, salah satu produsen rokok elektrik global, Juul Labs, resmi masuk ke Indonesia melalui jarigan Erajaya.
Director of Marketing and Communications PT Erajaya Swasembada Tbk, Djatmiko Wardoyo menjelaskan bahwa Anak usaha Erajaya, PT Jagad Utama Lestari (JUL) akan mulai terlibat dalam pengembangan jaringan distribusi. Menurutnya jaringan Vape Store, hotel, restoran dan juga cafe sasarannya. "
Convenience store seperti Alfamart dan Indomaret juga akan masuk," kata Djatmiko kepada KONTAN, Rabu (10/7). Sayangnya kontribusi dari Juul ke Erajaya masih belum mau dibeberkan. Hanya saja, produk ini jadi portfolio baru yang pastinya akan menambah pundi-pundi kinerja Erajaya. Tak hanya menjual nantinya PT JUL akan melayani jaringan layanan purna jual (after sales) bagi produk impor tersebut.
Kent Bishop, President APAC South, Juul Labs menjelaskan produk Juul masih dikembangkan dari California, Amerika Serikat (AS). Hanya saja, untuk produk masih diimpor dari luar Indonesia. Belum disebutkan negara importirnya, Namun Kent menjelaskan perusahaan telah mentaati pajak impor yang berlaku di Indonesia. "Kami tentu juga melihat kesempatan untuk bisa produksi di Indonesia. Tapi untuk saat ini belum," kata Kent, Rabu (10/7). Oleh karena itu, saat ini Juul terus berkomunikasi dengan setiap stakeholder terkait regulasi e-ciggarette yang masih digodok oleh pemerintah. Baik dari sisi kesehatan, perdagangan, perpajakan dan lainnya akan terus didukung oleh Juul. Ketua Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI), Aryo Andrianto menjelaskan hal positif dari penyebaran Juul akan membuat pasar e-ciggarete yang semakin luas.. Selain itu akan semakin banyak orang yang bisa mengetahui manfaat nya vape. Menurutnya industri tembakau dalam negeri tidak akan mati. Hal ini karena Asosiasi yang membawahi 1.000 anggota ini telah mengajak petani lokal untuk ikut mengembangkan vape tersebut. "Karena kita masih membutuhkan tembakau lokal untuk bahan baku nikotin," kata Aryo kepada KONTAN, Rabu (10/7). Aryo menjelaskan kemungkinan yang akan terganggu dalam bisnis ini adalah perusahaan rokok besar. "Seharusnya perusahaan rokok lokal ikut serta dengan perkembangan jaman ini karena perusahaan rokok internasional sudah menjalani itu," tambahnya. Untuk industri rokok elektrik merk lokal saat ini menurutnya belum bisa kuat melawan produk yang didukung oleh dana besar seperti Juul tersebut. Hanya saja, saat ini Aryo mengklaim sudah banyak venture capital yang melirik beriventasi ke perusahaan vape lokal. "Contohnya brand UPODS sudah diminta beberapa venture capital lokal dan internasional untuk bisa kerjasama dan menanamkan modal di
brand UPODS tersebut," jelas Aryo. Untuk regulasi Aryo belum banyak memberikan keterangan. Namun dia mengaku dalam waktu Jumat ini akan ada pertemuan dengan Kementerian Perindustrian untuk membahas industri rokok elektrik tersebut. Aryo pernah menjelaskan bahwa dengan kehadiran Juul yang memiliki modal kuat, sejatinya mudah bagi mereka untuk menguasai pasar Indonesia. Di AS, Juul memimpin pasar e-cigarette dengan market share sebesar 75%.
Selain AS, produk Juul sudah merambah sejumlah negara seperti Inggris, Kanada, Jerman, Prancis, Israel dan Rusia. Sedangkan di negara Asia produk Juul juga telah ada di Filipina. Pada kesempatan terpisah, Nirwala Dwi Heryanto, Direktur Teknis Dan Fasilitas Cukai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan mengatakan,Bea Cukai terbuka terhadap perkembangan industri baru melalui pengenaan cukai terhadap produk seperti Juul ini. "Sehingga ke depannya Bea Cukai dapat melakukan pengendalian, pengawasan, dan pemetaan secara konsisten," kata Nirwala dalam keterangan pers, Rabu (10/7). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini