Erajaya siapkan Rp 800 miliar untuk ekspansi



JAKARTA. PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) sudah siap tancap gas di tahun depan. Untuk memuluskan rencana pengembangan usaha, perusahaan distribusi alat telekomunikasi ini telah memperoleh fasilitas pinjaman sebesar Rp 800 miliar.

Fasilitas tersebut diperoleh dari Bank BCA, dengan jangka waktu satu tahun. "Tapi kami akan evaluasi penyerapannya setiap 6 bulan," kata Sintawati Halim, Direktur Keuangan ERAA, di Jakarta, Rabu (14/12). Perjanjian pinjaman itu sudah ditandatangani pada 6 Desember 2011 lalu.

ERAA akan memanfaatkan dana pinjaman tersebut untuk memenuhi kebutuhan modal kerja di 2012. Sebagai perusahaan distribusi, ERAA memang membutuhkan dana lebih tinggi untuk modal kerja, ketimbang untuk belanja modal. "Dana tersebut dibutuhkan untuk pengadaan stok, apalagi kalau kami dapat prinsipal baru tahun depan," imbuh Sintawati.


Ia juga memastikan fasilitas pinjaman yang besar tersebut tidak akan membahayakan laporan keuangan ERAA. Soalnya, rasio utang terhadap modal alias debt to equity ratio (DER) ERAA masih terbilang minim. Tahun lalu, DER ERAA masih sekitar 0,2-0,5 kali.

Tahun depan, ERAA telah menyiapkan belanja modal US$ 12 juta. Menurut Jeremy Sim, Direktur Pengembangan Bisnis ERAA, capex tersebut akan digunakan untuk menambah 40-70 gerai baru. Seluruh capex tersebut akan dipenuhi dari dana hasil IPO.

Rencananya, gerai-gerai baru tersebut bakal dibangun menyebar di kota-kota tier 1 dan tier 2 di Jawa, Sumatra dan Kalimantan. "Mungkin ada juga yang di wilayah Indonesia Timur," ungkap Jeremy. Sebagai informasi, hingga Juni 2011, ERAA sudah memiliki 69 cabang distribusi dan 236 outlet.

Fokus pada penjualan

Dengan beberapa rencana ekspansi tersebut, perusahaan pemilik gerai Erafone ini ingin mencetak pertumbuhan sesuai dengan pertumbuhan pasar telekomunikasi. Berdasarkan lembaga riset Frost & Sullivan, pasar alat telekomunikasi di Indonesia bakal tumbuh 24%-25% per tahun hingga 2014.

Dari sisi pangsa pasar, ERAA bersikap lebih konservatif. Saat ini, ERAA adalah pemimpin industri distribusi peralatan telekomunikasi dengan pangsa pasar 24%.

Namun, ERAA tidak ingin terlalu terobsesi untuk meningkatkan pangsa pasarnya. "Kami fokus pada peningkatkan penjualan, pangsa pasar tidak naik juga tidak apa-apa," tambah Jeremy.

Sayangnya, manajemen ERAA tidak bersedia memberikan proyeksi pendapatan maupun laba bersih tahun depan. Sebagai gambaran, hingga Juni 2011, ERAA sudah membukukan pendapatan sebesar US$ 367 juta, naik 38,8% dibanding periode sama tahun lalu yang tercatat US$ 264,4 juta.

ERAA juga mencetak laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) US$ 19,1 juta. Jumlah tersebut naik 60,5% dibanding EBITDA semester satu 2010 yang tercatat US$ 11,9 juta.

Dari sisi laba bersih, emiten baru di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini berhasil memperoleh US$ 11,2 juta hingga akhir Juni 2011. Realisasi tersebut lebih tinggi 21,74% dibanding laba bersih di periode yang sama tahun sebelumnya, yang mencapai US$ 9,2 juta.

ERAA sudah mulai memperdagangkan saham perdananya kemarin di bursa. Erajaya melepas 920 juta saham, setara 31% saham perseroan. Dengan harga perdana sebesar Rp 1.000, perseroan ini berhasil memperoleh dana segar sebesar Rp 920 miliar.

Sayangnya, saham ERAA langsung terkena efek sepinya perdagangan di bursa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Djumyati P.