Perkembangan zaman telah mengubah pola hidup masyarakat, termasuk dalam tren mainan. Saat ini, muncul tren urban toys atau mainan kaum urban perkotaan. Peluang inilah yang disasar Eric Wirjanata, pembuat dan desain mainan urban. Berawal dari penyaluran hobi semata, ketekunannya kini mengalirkan banyak fulus.Sejak 2008, pria yang kini berusia 28 tahun ini, menekuni dunia desain mainan urban, mulai dari bahan kertas hingga bahan plastik. Tidak hanya sekadar menyalurkan hobi, Eric juga berupaya agar hobinya tersebut menghasilkan duit. "Kalau cuma suka gambar, yang terpikir oleh saya hanya akan menjadi tukang gambar," katanya.Dia mulai terjun ke bisnis ini dengan mengumpulkan kembali seluruh hasil desain gambar yang pernah dibuatnya. Gambar-gambar itu kemudian diperbaiki pencitraan dan karakternya sehingga terlihat lebih fokus dan hidup.Sepintas, ilmu yang ditimbanya di Fakultas Hubungan Internasional Universitas Parahyangan, Bandung, tidak mendukung usahanya tersebut. Namun, pada masa itulah Eric melahirkan beberapa karya yang di kemudian hari membuka jalannya ke bisnis pembuatan mainan urban perkotaan."Deathrockstar dan Thunderpanda terinspirasi saat saya kuliah," katanya.Deathrockstar dan Thunderpanda adalah nama karakter tokoh mainan yang diciptakannya, dan kini identik dengan identitas Eric di dunia urban toys.Inspirasi Eric membuat nama-nama karakter mainannya bersumber dari aktivitasnya sebelum menerjuni dunia urban toys, yaitu, sebagai juri festival musik indie, yang digelar di berbagai kota. "Saya banyak menemukan nama-nama unik dan menarik dari para penulis review musik," imbuhnya. Dari situlah dia kerap mencomot nama mereka untuk karakter mainan buatannya.Selain itu, ilmu diplomasi yang diperoleh di bangku kuliah cukup membantu Eric untuk mencari pasar bagi mainannya, terutama di pasar luar negeri. "Biasanya saya membuat konsep mainan serta mengemas strategi pemasaran sendiri," ujar dia. Tak heran jika saat ini mainan buatannya telah menembus pasar Inggris dan Amerika Serikat.Eric melihat bidang yang ditekuninya sekarang cukup menjanjikan. Dia telah menghasilkan sekitar 12 jenis mainan, baik yang terbuat dari plastik atau kertas (paper toys), termasuk boneka. Ia juga sering menerima order pembuatan tokoh hits meal atau figur yang menjadi ikon waralaba makanan.Harga produknya bervariasi, mulai dari US$ 9 - US$ 21 untuk mainan yang dibuat secara massal. Adapun untuk produk khusus, harganya Rp 2,5 juta hingga Rp 3,5 juta. Eric mengaku, omzetnya kini bisa mencapai Rp 20 juta per bulan. Menurut dia, seseorang tidak harus mahir menggambar agar menjadi seorang artis pembuat mainan. Yang lebih penting adalah keinginan dan hasrat yang besar untuk terus belajar.Eric meyakini, industri mainan plastik seperti yang ditekuninya tersebut akan terus berkembang di masa depan. Apalagi, saat ini terus bermunculan para desainer baru yang kreatif dan penuh imajinasi dalam menghasilkan karya-karyanya.Padahal, sebenarnya Indonesia sedikit terlambat dibandingkan dengan negara lain yang sudah lebih maju dalam industri mainan ini, seperti di Inggris dan Amerika Serikat. Bahkan, di dua negara tersebut, urban toys sudah banyak dikenal sejak beberapa tahun lalu. Ke depan, Eric berkomitmen akan terus berupaya membuat terobosan-terobosan baru. Salah satu yang akan dilakukan adalah mengembangkan konsep semipendidikan untuk pasar anak-anak. Alasannya, selama ini urban toys hanya dicari oleh para kolektor yang umumnya orang dewasa. Alhasil, pasar anak-anak kurang tergarap. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Eric berbisnis sembari salurkan hobi menggambar
Perkembangan zaman telah mengubah pola hidup masyarakat, termasuk dalam tren mainan. Saat ini, muncul tren urban toys atau mainan kaum urban perkotaan. Peluang inilah yang disasar Eric Wirjanata, pembuat dan desain mainan urban. Berawal dari penyaluran hobi semata, ketekunannya kini mengalirkan banyak fulus.Sejak 2008, pria yang kini berusia 28 tahun ini, menekuni dunia desain mainan urban, mulai dari bahan kertas hingga bahan plastik. Tidak hanya sekadar menyalurkan hobi, Eric juga berupaya agar hobinya tersebut menghasilkan duit. "Kalau cuma suka gambar, yang terpikir oleh saya hanya akan menjadi tukang gambar," katanya.Dia mulai terjun ke bisnis ini dengan mengumpulkan kembali seluruh hasil desain gambar yang pernah dibuatnya. Gambar-gambar itu kemudian diperbaiki pencitraan dan karakternya sehingga terlihat lebih fokus dan hidup.Sepintas, ilmu yang ditimbanya di Fakultas Hubungan Internasional Universitas Parahyangan, Bandung, tidak mendukung usahanya tersebut. Namun, pada masa itulah Eric melahirkan beberapa karya yang di kemudian hari membuka jalannya ke bisnis pembuatan mainan urban perkotaan."Deathrockstar dan Thunderpanda terinspirasi saat saya kuliah," katanya.Deathrockstar dan Thunderpanda adalah nama karakter tokoh mainan yang diciptakannya, dan kini identik dengan identitas Eric di dunia urban toys.Inspirasi Eric membuat nama-nama karakter mainannya bersumber dari aktivitasnya sebelum menerjuni dunia urban toys, yaitu, sebagai juri festival musik indie, yang digelar di berbagai kota. "Saya banyak menemukan nama-nama unik dan menarik dari para penulis review musik," imbuhnya. Dari situlah dia kerap mencomot nama mereka untuk karakter mainan buatannya.Selain itu, ilmu diplomasi yang diperoleh di bangku kuliah cukup membantu Eric untuk mencari pasar bagi mainannya, terutama di pasar luar negeri. "Biasanya saya membuat konsep mainan serta mengemas strategi pemasaran sendiri," ujar dia. Tak heran jika saat ini mainan buatannya telah menembus pasar Inggris dan Amerika Serikat.Eric melihat bidang yang ditekuninya sekarang cukup menjanjikan. Dia telah menghasilkan sekitar 12 jenis mainan, baik yang terbuat dari plastik atau kertas (paper toys), termasuk boneka. Ia juga sering menerima order pembuatan tokoh hits meal atau figur yang menjadi ikon waralaba makanan.Harga produknya bervariasi, mulai dari US$ 9 - US$ 21 untuk mainan yang dibuat secara massal. Adapun untuk produk khusus, harganya Rp 2,5 juta hingga Rp 3,5 juta. Eric mengaku, omzetnya kini bisa mencapai Rp 20 juta per bulan. Menurut dia, seseorang tidak harus mahir menggambar agar menjadi seorang artis pembuat mainan. Yang lebih penting adalah keinginan dan hasrat yang besar untuk terus belajar.Eric meyakini, industri mainan plastik seperti yang ditekuninya tersebut akan terus berkembang di masa depan. Apalagi, saat ini terus bermunculan para desainer baru yang kreatif dan penuh imajinasi dalam menghasilkan karya-karyanya.Padahal, sebenarnya Indonesia sedikit terlambat dibandingkan dengan negara lain yang sudah lebih maju dalam industri mainan ini, seperti di Inggris dan Amerika Serikat. Bahkan, di dua negara tersebut, urban toys sudah banyak dikenal sejak beberapa tahun lalu. Ke depan, Eric berkomitmen akan terus berupaya membuat terobosan-terobosan baru. Salah satu yang akan dilakukan adalah mengembangkan konsep semipendidikan untuk pasar anak-anak. Alasannya, selama ini urban toys hanya dicari oleh para kolektor yang umumnya orang dewasa. Alhasil, pasar anak-anak kurang tergarap. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News