KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri BUMN, Erick Thohir, baru-baru ini mengungkapkan kondisi terkini soal tujuh perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengalami kesulitan keuangan atau yang dia sebut dalam posisi sakit. Tujuh BUMN tersebut adalah PT Krakatau Steel (KRAS), PT Bio Farma (Persero), PT Wijaya Karya (WIKA), PT Waskita Karya (WSKT), PT Asuransi Jiwasraya (Persero), Perum Perumnas, dan Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI). "Dari 47 BUMN, 40 BUMN itu sehat, jadi 85 persen (yang sehat). Ada 7 yang memang kita harus kerja keras dalam beberapa tahun kedepan," ungkap Erick dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan DPR pada, Senin (04/11).
Untuk para BUMN tersebut, Erick menyiapkan stimulus berbeda untuk menyelamatkan ke-7 BUMN tersebut.
Penyelamatan untuk PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) Baca Juga: Pailitnya Sritex Jadi Momentum Perbaikan Industri Tekstil Dalam kesempatan yang sama Erick bilang bahwa pihaknya melihat salah satu penyebab kerugian adalah karena KRAS mengalami insiden kebakaran pada 5 Mei 2023 lalu. Berdasarkan keterbukaan informasi di BEI, salah satu bagian di Pabrik di Hot Strip Mill 1 (HSM1) Krakatau Steel di Cilegon mengalami korsleting listrik. "Salah satunya (yang sakit) adalah Krakatau Steel. Sebenarnya sudah terjadi restrukturisasi tahun 2019 cuma kemarin ada kebakaran, ini tentu menganggu operasional secara menyeluruh," ungkap Erick. Erick mengatakan salah satu opsi penyelamatan KRAS adalah bekerjasama dengan Krakatau Posco agar bisa menghasilkan pendapatan yang lebih positif kedapannya. "Kita akan mencari jalan setelah kita bekerjasama dengan Posco dengan menghasilkan EBITDA yang positif apakah perlu dikerjasamakan juga, ini kita sedang coba mencari jalan," tambahnya. Sebagai salah satu BUMN yang terdaftar sebagai perusahaan terbuka, performa KRAS hingga kuartal 3 tahun ini mengalami penurunan. Terlihat dari rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk KRAS yang membengkak menjadi US$ 185,2 juta. Artinya, rugi tersebut naik 201,6% dari periode yang sama tahun 2023 yang sebesar US$ 61,4 juta.
Penyelamatan untuk PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT) Adapun, untuk dua emiten plat merah di sektor konstruksi, yaitu PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk akan diselesaikan melalui jalan restrukturisasi. Sementara, WSKT saat ini tercatat telah melakukan penandatangan restrukturisasi utang sebesar Rp 26 triliun. "Kami, dalam hal ini, Wijaya Karya dan Waskita Karya ini sedang menunggu surat persetujuan Bapak Menteri PU bagaimana kita bisa konsolidasi dari tujuh perusahaan karya menjadi tiga perusahaan saja sehingga lebih sehat lagi tentu kondisi karya-karya ini," kata Erick dalam kesempatan yang sama. Mengenai perusahaan yang masuk daftar merah,
Corporate Secretary WIKA, Mahendra Vijaya mengatakan bahwa pihaknya saat ini akan fokus pada transformasi dan implementasi 8 stream penyehatan dengan memperkuat fundamental perseroan dr sisi keuangan, tata kelola dan manajemen risiko. "Dengan langkah tersebut beberapa progres perbaikan berhasil dilakukan seperti peningkatan
gross profit margin, reduksi utang jangka pendek, dan perbaikan
cashflow, diharapkan progres ini tetap berlanjut sesuai
roadmap dan mencapai target." ungkap Mahendra saat dihubungi Kontan, Rabu (06/11).
Penyelamatan untuk PT Bio Farma (Persero) Menurut Erick, menurunnya kinerja Bio Farma disebabkan karena tekanan di masa Covid-19 lalu. Dimana Bio Farma harus melakukan impairment vaksin COVID-19 Vaksin Gotong Royong (VGR). "Karena waktu itu memang kita ditugaskan beli vaksin sebanyak-banyaknya untuk memastikan cukup untuk masyarakat yang membutuhkan bila ada gelombang covid berikutnya saat itu," ungkap Erick. Sebelumnya, Bio Farma juga dibebani oleh utang anak usahanya yang juga sudah terdaftar sebagai perusahaan terbuka yaitu PT Indofarma Tbk (INAF). Adapun, Indofarma terlilit utang pinjol hingga Rp 69,7 miliar. Dan hingga kuartal-2 tahun ini INAF mencatatkan rugi bersih senilai Rp 101,93 miliar. "Kita akan maksimalkan penyelamatan Indofarma, kita akan cari partner bahan baku untuk kemudian di olah di Indofarma sehingga kita masuk ke
global suplay chain health care dunia," ungkap Erick.
Penyelamatan untuk PT Asuransi Jiwasraya (Persero) PT Asuransi Jiwasraya (Persero) menurut Erick saat ini tengah menunggu proses likuidasi dimana 99,9% berhasil direstrukturisasi dan prosesnya sudah cukup baik. "Saya rasa prosesnya baik, tingga tunggu proses likuidasi," ungkap Erick.
Penyelamatan untuk Perumnas Lalu, Perum Perumnas telah melakukan kajian di internal Kementerian BUMN untuk mengarahkan bisnis Perumnas ke program hunian vertikal. "Kemarin rencananya di dalamnya kita sudah duduk dimana bisnis model Perumnas ke depannya tidak lagi
landed house (rumah tapak) tapi juga mesti bertingkat," kata Erick. Dari komposisi lahan di Indonesia, Erick mengungkap bahwa 70% bagian wilayah Indonesia adalah laut, sedangkan hanya 30% wilayah yang terdiri dari daratan atau tanah. "Dengan jumlah penduduk kita yang akan tembus 315 juta tidak mungkin tambah
landed house. Apalagi ada industrial, perkebunan, kehutanan dan tidak ada lagi penugasan dari pemerintah daerah tanpa komitmen dari pemda itu. Seperti tidak adanya akses jalan, listrik dan air," ungkapnya.
Penyelamatan untuk Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI) Sementara untuk PNRI, Erick mengakui bahwa BUMN yang satu ini sudah kalah saing ditengah berkembangnya teknologi. "Ini sebenarnya percetakan, karena dulu kan semua harus cetak disini, sekarang dengan terbukanya market ini kalah bersaing. Ini salah satu yang akan kita restruriksasi kedepannya mengenai PNRI," jelasnya.
Baca Juga: Komisi VII DPR Akan Panggil Sritex untuk Bahas Upaya Penyelamatan Pekerja Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Sulistiowati